Rahasia yang disembunyikan dari Silicon Valley
Oleh Hanni Sofia
Rahasia yang disembunyikan dari Silicon Valley
Jakarta (Metrobali.com)-
Semua pernah mendengar cerita tentang Steve Jobs yang meluncurkan Apple dari garasi rumahnya, dan Mark Zuckerberg yang awalnya coba-coba kemudian berhasil menciptakan Facebook dari kamar asramanya yang sempit.
Kisah-kisah seperti ini membuatnya terdengar seperti revolusi digital yang hanya diberdayakan oleh segelintir orang jenius yang terpesona ilham Ilahi.
Tak salah memang, bahwa sejarah Apple dimulai dari garasi rumah dan Facebook dari sebuah kamar asrama yang pengap tanpa jendela. Faktanya cerita di balik itu nyatanya jauh lebih rumit dan lebih menarik dari yang selama ini sudah banyak diketahui orang.
Rahasia yang tak banyak diketahui mengenai Silicon Valley itu diungkap dengan gamblang oleh Margaret O’Mara seorang profesor sejarah dari Universitas Washington pada 2019 dalam bukunya yang berjudul The Code.
O’Mara yang pernah bekerja untuk Presiden Clinton di Gedung Putih itu mengungkap bahwa startup-startup di Lembah Silikon menjadi mesin pembangkit utama bagi industri kreatif dunia lebih karena dukungan kelembagaan dan pendanaan pemerintah yang sangat besar.
Dan teknologi yang telah merevolusi hidup tidak diciptakan oleh mereka sendiri tanpa keterlibatan yang lain. Sebaliknya, hal itu terjadi berkat kolaborasi yang intensif antara pihak-pihak yang tidak banyak terpublikasikan yakni pengusaha dan teknisi, akademisi dan politisi, bahkan peretas dan aktivis.
O’Mara yang juga peneliti di Brookings Institution itu menyebut bahwa Silicon Valley kini menjelma menjadi tempat penuh mitologi yang melambangkan inovasi teknologi dan kewirausahaan.
Silicon Valley faktanya ternyata mendapatkan keuntungan dari peperangan dan upaya Amerika untuk menguasai dunia. Bahkan O’Mara juga mengungkap bahwa radikalisme tahun 1960-an mempengaruhi perkembangan Silicon Valley secara sangat signifikan.
Mitologi Lembah Silikon
Mantan Presiden AS Ronald Reagan pada tahun 1988, pernah memprediksikan sebuah “revolusi” yang akan terjadi dan mengubah cara orang berkomunikasi dan mengatur diri. Hingga secara fundamental mengubah lanskap politik dengan cara yang tidak dapat diprediksi oleh siapa pun.
Dan ternyata semuanya muncul di Silicon Valley, sebuah daerah yang tadinya sepi di Palo Alto, California.
Pada awalnya Silicon Valley tak lebih dari sekadar tempat namun kini telah menjadi identik dengan jaringan global, pusat startup, dan kiblat cara kerja dan cara berpikir yang disruptif.
Namun bagaimana Lembah Silikon bisa menjadi seperti ini? Rupanya ada banyak cerita yang mengawalinya. Sebuah narasi romantis yang dijajakan oleh Steve Jobs dan banyak lainnya adalah bahwa Silicon Valley menjadi sarang inovasi karena banyak orang di dalamnya adalah insan anti kemapanan yang mendalami ide kontra-budaya tahun 1960-an.
Sementara sebagian yang lain meyakini bahwa Silicon Valley sangat sukses karena sangat mendukung para wirausahawan. Bebas dari dogma perusahaan yang menindas dan campur tangan pemerintah.
Mereka, para teknisi brilian seperti Bill Packard dan Dave Hewlett bebas mentransformasikan ide-ide menjadi bisnis besar, dijalankan sesuai dengan ide-ide eksentrik mereka sendiri tentang bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi.
Kisah-kisah ini bukannya tidak benar, tetapi tidak lengkap. Semua harus paham juga misalnya bahwa ada fakta yang disembunyikan mengenai awal mula diciptakannya internet.
Sejarah awalnya yang kelam tentang internet inilah yang menjadi asal muasal berkembangnya Silicon Valley dimana perkembangan teknologi komunikasi elektronik terkait erat dengan pengembangan senjata nuklir dan teknologi peperangan modern lainnya.
Awalnya disadari bahwa pengembangan teknologi baru itu mahal, dan membutuhkan sumber daya yang besar dalam hal infrastruktur, uang, dan personel. Dan sumber daya tersebut tersedia untuk pembuatan perangkat komunikasi elektronik karena dibutuhkan untuk perang.
Maka kemudian Silicon Valley menjadi rumah bagi militer. Pada 1930, stasiun balon udara Angkatan Laut AS didirikan di Santa Clara, diikuti pada 1933 dengan pembuatan pusat penelitian penerbangan dan ruang angkasa yang besar.
Pada tahun-tahun pascaperang, pengeluaran pemerintah AS meningkat karena mereka berjuang untuk mendapatkan keunggulan teknologi atas Uni Soviet selama Perang Dingin.
Ketika Kongres menemukan bahwa Uni Soviet sebenarnya telah membuat bom atom mereka sendiri pada 1949, mereka menyetujui paket pendanaan yang sangat besar untuk penelitian dan pengembangan senjata dan perangkat komunikasi elektronik.
Uang ini disalurkan ke universitas, laboratorium penelitian, dan pabrik amunisi di seluruh negeri melalui hibah dari National Research Foundation. Silicon Valley pun menerima sebagian besar dana ini.
Peran Universitas Stanford
Bagaimana lembah sepi yang dipenuhi kebun buah-buahan menjadi pusat komunikasi elektronik global? Pertanyaan itu tak akan bisa dijawab tanpa membahas peran Universitas Stanford.
Sains dan teknologi selalu menjadi fokus penting di Stanford. Presiden pertamanya, David Starr, membantu mendirikan perusahaan radio nirkabel bernama Federal Telegraph pada 1909, dan anggota fakultas William Hansen menemukan klystron, sebuah “teknologi frekuensi gelombang,” di laboratorium Stanford pada 1937.
Tetapi dibutuhkan tekad kuat dari Fred Terman, dekan teknik, untuk mengubah Stanford menjadi pemimpin di bidang ini. Dalam kesibukan pendanaan federal yang datang setelah Perang Dunia II, Terman menyadari bahwa Stanford harus sangat kompetitif sebagai pusat komunikasi elektronik atau berisiko kehilangan landasan untuk institusi seperti Harvard dan MIT.
Dengan dukungan presiden Stanford J. E. Sterling, Fred Terman secara radikal menata ulang kurikulum akademis Stanford, memprioritaskan program mutakhir dalam fisika, teknik, dan sains, dan menciptakan Laboratorium Elektronik Stanford.
Tidak berhenti sampai di situ. Pada 1952, Terman dan Sterling memutuskan untuk menggunakan bagian dari kampus besar Stanford untuk membuat pusat bisnis.
Mereka mendedikasikan 350 hektare lahan untuk proyek tersebut. Mereka menawarkan kepada tenant-tenant, perusahaan besar, dengan janji bahwa mereka akan memiliki akses ke lab Stanford, dan beberapa pemikir terbaik dalam bisnis ini. Proposisi itu pun dianggap sangat menarik.
Hewlett-Packard dan Varian Associates termasuk di antara penyewa pertama, dengan perusahaan mapan seperti Kodak dan General Electric segera menyusul. Pada 1957, kawasan bisnis itu pun dipenuhi para tenant besar, dan ada interaksi berkelanjutan antara bisnis dan kampus.
Perusahaan rintisan menggunakan lab, dan mahasiswa Stanford didorong untuk magang dengan perusahaan di dalamnya. Lalu lintas penting antara bidang akademis dan komersial ini sangat bermanfaat.
Hal ini rupanya memupuk inovasi teknologi di perusahaan, dan membuat mahasiswa Stanford sadar akan masalah dunia nyata yang harus mereka selesaikan. Stanford segera menjadi salah satu penerima terbesar dana penelitian federal, memainkan peran kunci dalam menciptakan teknologi seperti pengacau sinyal untuk militer.
Negara lain pun mencoba meniru kawasan bisnis Stanford, dan banyak universitas kini telah mengadopsi model tersebut. Stanford memberikan cetak biru untuk universitas jenis baru, yang dengan kuat merangkul dunia, alih-alih mundur ke “menara gading”.
Insentif Pajak
Perusahaan teknologi paling awal yang mendirikan toko di Silicon Valley pada 1950-an mendapat keuntungan dari investasi oleh orang-orang yang sekarang disebut pemodal ventura, bankir, dan pengusaha kaya yang menghargai teknologi, dan mereka yang paham tentang betapa menguntungkannya sebuah penemuan.
Pada saat bersamaan Lyndon Johnson, pada 1958 menjadi pemimpin mayoritas Senat AS. Dia membantu mengesahkan Small Businesses Investment Act, yang menawarkan keringanan pajak yang sangat besar dan jaminan pinjaman federal kepada investor.
Efek dari Undang-Undang ini sangat besar pada 1961 dimana ada 500 perusahaan investasi bisnis yang semuanya siap untuk berinvestasi di perusahaan startup.
Pada paruh kedua 1980-an, pajak turun lebih jauh karena Ronald Reagan bersumpah akan melakukan segala yang dia bisa untuk mendukung para wirausahawan.
Maka dengan kebijakan keringanan pajak yang substansial itu, industri teknologi telah menjadi penerima utama program kesejahteraan pemerintah meskipun banyak perusahaan telah beralih dari perusahaan rintisan yang masih baru menjadi perusahaan raksasa yang meraup jutaan dolar setiap tahun.
Sejarah Nama
Kembali ke sejarahnya, dari mana asal nama Silicon Valley? Kata itu tak sekadar diciptakan oleh jurnalis yang ingin menulis sesuatu yang menarik, tetapi terinspirasi penemuan paling penting dari lembah itu yakni chip silikon.
Berkat Fairchild Semiconductors pada 1950-an, penemu pemenang Hadiah Nobel William Shockley menyadari bahwa germanium yang digunakan untuk membuat sirkuit elektronik terlalu lemah, dan bahan yang lebih baik adalah silikon.
Shockley mengumpulkan sekelompok teknisi yang brilian, dan mendirikan perusahaan di Lembah Santa Clara. Tetapi karyawannya segera menyadari bahwa bos mereka yang eksentrik selalu melakukan sesuatu dengan cara yang salah, dan menggunakan metode yang tidak akan mencapai hasil terbaik.
Ketika dia menolak untuk mendengarkan mereka, kelompok itu, yang dijuluki “Si Unik Delapan” itu resign dan membuat perusahaan mereka sendiri, yang mereka sebut Semikonduktor Fairchild.
Waktu mereka tepat sebab 3 hari setelah grup tersebut meluncurkan bisnis mereka, Uni Soviet meluncurkan rudal Sputnik, memicu perang ruang angkasa yang akan menghasilkan miliaran dolar disalurkan ke dalam proyek R&D.
Dalam tiga bulan, Fairchild memiliki kontrak federal pertamanya untuk membuat 100 chip silikon. Pada tahun berikutnya, 80 persen bisnis Fairchild berasal dari kontrak pemerintah.
Tahun berikutnya, Fairchild mendapat terobosan besar ketika berhasil menemukan cara untuk menghubungkan beberapa transistor bersama-sama, menciptakan “sirkuit terintegrasi”, atau IC. Sirkuit ini dapat memberi daya lebih cepat, komputer yang lebih kecil, sehingga memungkinkan untuk membuat apa yang disebut “komputer mikro”.
Penemuan chip silikon mengubah komputasi selamanya dengan membuka jalan bagi orang untuk mendapatkan komputer pribadi yang dapat mereka gunakan di rumah mereka sendiri. Maka tepat sekali jika lembah tersebut dinamai menurut nama chip itu.
Dari situ, dapat dipahami keberhasilan Silicon Valley diciptakan oleh kombinasi keadaan yang begitu sempurna. Sejumlah besar dana federal pada masa perang, dikombinasikan dengan universitas berpikiran maju yang mengabdikan diri pada sains, memastikan pembangunan infrastruktur untuk penelitian, dan teknisi paling cerdas yang fokus ke area tersebut.
Pemotongan pajak dan iklim politik yang mendukung kewirausahaan memberikan kesempatan kepada wirausaha muda untuk mengubah ide-ide brilian dan terkadang eksentrik menjadi kenyataan. Maka kemudian terciptalah surga disrupsi dunia dari Lembah Silikon. (Antara)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.