Foto: Ketua Umum Badan Independen Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Hidup (BIPPLH) Bali Komang Gede Subudi.

Denpasar (Metrobali.com)-

Rangkaian pembangunan Pelabuhan Segitiga Emas dari dan menuju Nusa Penida, Kabupaten Klungkung dari yang awalnya hanya mimpi kini sudah menjadi kenyataan di tangan dingin kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster yang kembali mencetak sejarah dalam mengkomandoi dan menahkodai pembangunan Bali Era Baru sesuai visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

Gubernur yang dikenal “Sing Main-Main” super serius dan totalitas mencurahkan segala energinya untuk kemajuan Bali ini kini berhasil mewujudkan pembangunan Pelabuhan Segitiga Emas dari dan menuju Nusa Penida, Kabupaten Klungkung yakni Pelabuhan Nusa Penida di Sampalan dan Pelabuhan Nusa Ceningan di Bias Munjul, serta yang menghubungkan langsung ke Pelabuhan Sanur di Pantai Matahari Terbit.

Gubernur Bali Wayan Koster  bersama Menteri Perhubungan (Menhub) RI, Budi Karya Sumadi melakukan Peletakan Batu Pertama dimulainya Pembangunan Pelabuhan Sanur – Denpasar, dan Pelabuhan Bias Munjul – Nusa Ceningan, Kabupaten Klungkung pada, Sabtu, Saniscara, Paing, Menail (12/12/2020) pagi.

Apresiasi dan ungkapan terima kasih kepada Gubernur Bali pun ramai disampaikan publik di Bali, termasuk juga dari Ketua Umum Badan Independen Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Hidup (BIPPLH) Bali Komang Gede Subudi.

“Ini hal yang menggembirakan di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda. Pak Gubernur super serius, sing main-main mewujudkan pembangunan infrastruktur transportasi Bali masa depan yang terintegrasi tentu juga memperhatikan atau pro kelestarian lingkungan,” kata Subudi, Minggu (13/12/2020).

Atas pembangunan Pelabuhan Segitiga Emas yang dimulai digarap pengerjaan fisiknya di tengah pandemi Covid-19 menunjukkan Gubernur Koster kembali mencetak sejarah, mencatatkan tinta emas dalam sejarah pembangunan Bali.

Baru di era Gubernur Koster Pelabuhan Segitiga Emas ini berubah dari mimpi jadi kenyataan. Ini pondasi yang strategis bagi kemajuan pembangunan dan pariwisata Nusa Penida khususnya dan Bali umumnya termasuk juga dari sisi lingkungan.

“Yang pasti pembangunan Pelabuhan Segitiga Emas di Sanur, Sampalan dan Bias Munjul ini salah satu program cemerlang terintegrasi dan terkoneksi dari implementasi visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali untuk mensejahterakan rakyat Bali,” kata Subudi yang juga Wakil Ketua Umum (Waketum) Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Bali Bidang Lingkungan Hidup.

Ketua Umum BIPPLH Bali Komang Gede Subudi.

BIPPLH menegaskan pihaknya akan terus mendukung program-program Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang pro lingkungan yang muaranya meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti Pelabuhan Segitiga Emas ini.

“Kalau ada penyimpangan di lapangan yang merusak tentu kami paling terdepan akan menolaknya,” tegas Subudi yang juga penekun penyelamat heritage dan Pembina Yayasan Bakti Pertiwi Jati (YBPJ), yayasan yang bergerak pada pelestarian situs ritus Bali.

Subudi mengungkapkan terwujudnya Pelabuhan Segitiga Emas ini juga merupakan modal besar dan strategis bagi Nusa Penida menggeliatkan pariwisata yang dikelola dengan konsep pariwisata berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

“Dengan infrastruktur Pelabuhan Segitiga Emas kita harapkan pengembangan pariwisata berkelanjutan makin kuat di Nusa Penida,” harap Subudi yang dikenal sebagai aktivis lingkungan yang idealis dan tidak bisa diajak “nego-nego” jika ada pihak yang merusak lingkungan dengan dalih apapun.

Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang memperhitungkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat serta dapat diaplikasikan ke semua bentuk aktivitas wisata di semua jenis destinasi wisata, termasuk wisata massal dan berbagai jenis kegiatan wisata lainnya.

“Kita yakin Nusa Penida maju dari sisi ekonomi dan pariwisatanya tapi juga lestari dan terjaga lingkungan. Apalagi kita tahu juga Nusa Penida adalah salah satu benteng pertahanan Bali secara sekala maupun niskala, dari aspek budaya spiritual maupun juga aspek ekologis,” kata Subudi.

Di sisi lain walau sedang pandemi BIPPLH tetap terjadwal rutin melakukan diskusi-diskusi, bertukar informasi dengan stakeholder/NGO dalam jumlah terbatas terkait alih fungsi lahan, kerusakan lingkungan diakibatkan alam, karena galian C, abrasi dan kerusakan ATR lainnya.

Untuk diketahui Visi BIPPLH yakni mengawal pembangunan Bali berdasarkan Tri Hita Karana. Misi BIPPLH turut serta bersama-sama LSM, komponen masyarakat lainnya, Desa Adat, dan seluruh seluruh  masyarakat Bali dalam mengawasi hingga menolak pembangunan yang merusak lingkungan hidup dan adat istiadat Bali baik yang dilakukan oleh pemerintah, swasta maupun kelompok lainnya.

BIPPLH pun mengajak semua pihak memberikan masukan, kritik yang objektif dan konstruktif dalam pengawalan setiap rencana pembangunan di Bali. Poin pentingnya adalah proyek pembangunan harus memberikan kontribusi kesejahteraan sebesar-besarnya kepada masyarakat Bali tapi tidak juga mengorbankan dan merusak lingkungan.

“Harus dicatat tinta hitam besar bahwa peradaban masa depan adalah peradaban lingkungan. Siapa yang mampu menjaga lingkungan lestari maka berperadaban tinggi,” tegas Subudi.

“Bagi kami aktivis, silahkan ambil kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat secara luas tapi alam tidak boleh dirusak dengan alasan apapun. BIPPLH tidak mentolerir kerusakan lingkungan dengan dalih apapun,” tandas Subudi yang sebelumnya merupakan pengusaha tambang sukses di Kalimantan dan kini mengabdikan diri di tanah kelahirannya di Bali untuk mengawal pelestarian alam lingkungan Pulau Dewata.

Seperti diberitakan sebelumnya dibangunnya Pelabuhan Segitiga Sanur, Sampalan, dan Bias Munjul, karena merupakan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur Darat, Laut, dan Udara secara terkoneksi dan terintegrasi dalam Visi Pembangunan Daerah Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru.

Untuk mewujudkannya, Kementerian Perhubungan RI melalui APBN telah mengelontorkan anggaran dengan total sebesar Rp. 555 Milyar, yang terdiri dari anggaran pembangunan Pelabuhan Sanur sebesar Rp. 376 Milyar, untuk Pelabuhan Sampalan sebesar Rp. 82 Milyar, dan Pelabuhan Bias Munjul sebesar Rp. 97 Milyar.

Sehingga Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung itu direncanakan selesai pada akhir tahun 2021 dan Pelabuhan Sanur, Kota Denpasar direncanakan selesai pada pertengahan tahun 2022.

Dalam Acara Peletakan Batu Pertama ini, Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan bahwa pembangunan tiga pelabuhan ini merupakan program monumental dan fundamental serta bersejarah bagi masyarakat Bali.

Dengan fasilitas pelabuhan ini akan meningkatkan kualitas pelayanan transportasi untuk tiga kepentingan yaitu, (1) transportasi masyarakat Bali dari Sanur menuju Nusa Penida pada saat ada upacara piodalan di Pura Dalem Ratu Gede, (2) transportasi aktivitas harian masyarakat Bali menuju Nusa Penida dan Nusa Ceningan, dan (3) memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi wisatawan menuju Nusa Penida dan Nusa Ceningan. (dan)