Jakarta, (Metrobali.com) –

Dalam seminar online bertajuk Masa Depan Cerah Budidaya Ikan Hias Laut yang diselenggarakan Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, Kamis (10/12), Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto menyebutkan bahwa pembudidayaan merupakan langkah menjaga plasma nuftah ikan hias laut, sehingga tidak terjadi lagi eksploitasi di alam.

“Dulu sebelum ada pembudidayaan, misalnya ikan hias nemo, eksploitasinya di alam cukup banyak bukan saja ikannya yang semakin langka tetapi habitatnya seperti anemon dan terumbu karang juga ikut terganggu, karena ikan-ikan hias laut kebanyakan bersimbiosis dengan karang dan juga biota-biota laut yang lain di daerah-daerah terumbu karang,” sebut Slamet.

Untuk itu, menurut Slamet, pembudidayaan ikan hias laut menjadi langkah dalam rangka memperkaya kembali di alam. “Jadi benih yang dihasilkan harapan kita ini juga ada yang sebagian di restocking dialam sehingga berdampak positif sekali untuk bisa memperbanyak kembali plasma nutfah ataupun biota-biota yang sudah semakin berkurang di laut”, tuturnya.

Lanjut Slamet, “Kegiatan pembudidayaan ikan hias laut ini akan kita support selalu. Karena kegiatan ini sangat strategis, pertama adalah andalan untuk devisa ekspor, kedua mampu menyerap tenaga kerja masyarakat, ketiga sekaligus meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat”.

Slamet mengharapkan kegemaran memelihara atau membudidayakan ikan hias di era pendemi covid ini dapat meningkatkan imunitas, selain itu akan berdampak positif terhadap sosial dan ekonomi dan juga lingkungan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan produksi ikan hias dari tahun 2015 hingga tahun 2019 sebesar 7,34% yaitu dari 1,31 miliar ekor menjadi 1,67 miliar ekor. “Khusus untuk ikan hias laut memang masih sangat kecil jika dibandingkan dengan total produksi ikan hias secara umum, sehingga kami mohon juga untuk ikan hias laut ini budidayanya dapat diperluas sampai lapisan masyarakat paling bawah”, tambah Slamet.

Ia menekankan desiminasi teknologi budidaya ikan hias yang telah dikembangkan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dapat terus diperluas ke masyarakat.

“Satu teknologi yang dikembangkan oleh BPBL Ambon yaitu budidaya ikan hias laut sistem RAS (Resirculating Aquaculture System) harus terus didesiminasikan bukan saja di daerah Ambon, namun juga dikawasan potensial budidaya laut lainnya seperti Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung serta kawasan potensial lainya seperti Papua dan Maluku yang menjadi sumber masyarakat mengeksploitasinya di alam”, jelas Slamet.

Dengan adanya teknologi budidaya maka diharapkan masyarakat pesisir atau nelayan yang menangkap ikan hias laut kedepan akan beralih ke pembudidayaan. “Kita alihkan yang tadinya diambil dan diburu di alam bisa dialihkan untuk membudidayakan karena teknologi budidayanya sudah dikuasai”, ungkap Slamet.

Pada kesempatan yang sama, Kelapa BPBL Ambon, N.M. Juniyanto menyebutkan bahwa pembudidayaan ikan hias laut sudah lebih dari 10 tahun dikembangkan oleh BPBL Ambon. “Kami telah berhasil mengembangkan lebih dari 25 varian ikan hias nemo dari nilainya yang paling murah sampai paling mahal”, katanya.

Selain itu, kata Juniyanto, BPBL Ambon juga telah mampu mengembangkan teknologi budidaya ikan hias laut menggunakan sistem RAS yang efisien dalam penggunaan tempat dan ekonomis dari segi biaya operasional dan sangat aplikatif bagi siapapun yang ingin mencoba.

“Kami terus berkomitmen mencoba mengembangkan ikan hias laut dari jenis-jenis lain yang memiliki prospek pasar yang bagus sehingga diharapkan dengan mengembangkan teknologi ini maka kegiatan budidaya terutama pembesaran ikan hias laut dapat dilakukan oleh siapapun dan dimana saja seperti diperkarangan rumah yang sempit, bahkan diatas gunung jauh dari laut sekalipun”, pungkas Juniyanto.

Ia berharap teknologi ikan hias laut mampu menjadi alternatif kegiatan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan pembudidaya serta menciptakan perikanan budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Untuk diketahui, inovasi teknologi RAS mampu menggenjot produktivitas hingga 100 kali lipat dibanding teknologi konvensional. Selain itu, keunggulan sistem ini diantaranya mampu mempertahankan kualiats air dengan baik, menghemat penggunaan air, meningkatkan tingkat kelulushidupan, meningkatkan performa ikan nemo serta dapat diusahakan pada lahan yang terbatas.