Oleh : I Gde Sudibya

“ Virus mengingatkan kita bahwa pekerjaan kita yang sebenarnya bukanlah pekerjaan yang kita lakukan. Tentu saja kita perlu bekerja, tetapi Tuhan tidak menciptakan kita untuk bekerja. Pekerjaan kita yang sebenarnya adalah saling menjaga satu sama lain, saling melindungi dan saling membantu ” . Surat terbuka Bill Gates dalam harian Inggris “The Sun”, 18/4/2020 yang kemudian viral di media sosial.

PANDEMI Covid-19, menurut beberapa pengamat merupakan pandemi terbesar di abad ke 21 ( sampai tahun 2020 ), sedangkan pandemi terbesar di abad ke 20 adalah : apa yang disebut sebagai flu Spanyol tahun 1918 – 1920,di akhir Perang Dunia Pertama. Mulai diakui penyebarannya di Spanyol, menular ke seluruh negara Eropa dan kemudian ke seluruh dunia. Menurut sebuah laporan, jumlah korbannya sekitar 500 juta orang, kurang lebih sepertiga dari jumlah penduduk bumi pada waktu itu. Menurut catatan Hindia Belanda, korban di Hindia Belanda ( sekarang Indonesia) pada pusaran 3 juta – 3,5 juta, dan jumlah korban yang paling menyolok ada di Pulau Madura.
Sejarahwan ternama Yuval Noah Harari dalam bukunya yang monumental : Sapiens, melaporkan dan mengulas secara rinci rangkaian bencana pandemi akibat virus, seperti cacar, malaria, TBC, Ebola, kemudian flu burung yang menelan korban jutaan orang. Dalam lintasan perjalanan sejarah manusia, pandemi model ini telah beberapa kali terjadi dengan korban manusia yang sangat banyak.

Tantangan “ Pertempuran” Melawan Covid-19 .
Untuk kita di Indonesia bisa disimak Harian Kompas (20/4/2020). Dari survey oleh harian ini, diperoleh info : 77,9% responden berpendapat pemerintah belum memberikan perhatian optimal terhadap tenaga kesehatan selama penanganan Covid-19. 68,1% responden tidak puas pada upaya pemerintah dalam penyediaan APD ( Alat Pelindung Diri ) untuk petugas kesehatan. Sedangan data per 19/4/2020, tenaga kesehatan yang sudah meninggal dalam melawan pandemi ini : dokter 29, perawat 15.
Dari survey di atas dan menyimak pemberitaan pelaksanaan PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar ) , di berbagai daerah, banyak persoalan-persoalan penting yang harus diputuskan dan ditegakkan aturannya di lapangan. Menyebut beberapa diantaranya : penentuan wilayah karantina minimal ( minimum lockdown ) , pengaturan ketat lalulintas orang diluar kegiatan penting : berkaitan dengan pengobatan, distribusi kebutuhan pokok. Langkah cepat 3T; Trace : penelusuran terhadap orang yang punya potensi kena virus, Test : pengujian kesehatan, pengambilan sampel yang memadai, rapid test, dengan alat PCL dengan pelaporan hasil yang cepat. Therapy : pengobatan dan perawatan sesuai dengan standar protokol yang berlaku. Pelaksanaan kebijakan jaring pengaman sosial : data yang akurat, distribusi kebutuhan pokok yang tepat waktu,dan laporan pertanggungjawabannya.
Tantangan “ pertempuran” pandemi untuk Bali .
Pertama, ketegasan pilihan kebijakan untuk melakukan karantina terbatas : banjar dan desa sesuai dengan tuntutan situasi , berdasarkan dengan tingkat risiko nyata yang dihadapi. Adanya satu satuan komando ( one line command ) dan dalam kebijakan ini serta implimentasinya tidak terjadi tumpang tindih (over lapping), atau saling lempar tanggung jawab antara pemerintah provinsi, kabupaten dan kotamadya. Kedua, kecepatan dalam pengambilan keputusan dan tindak lanjutnya, model manajemen emerjensi di ruang Instalasi Gawat Darurat : cepat dan berani memutuskan, integrasi kerja yang kuat, fokus untuk mencari solusi dan move on. Ketiga, “ pertempuran” melawan pandemi ini : at all cost, sehingga tidak ada alasan terjadinya kelambanan kerja akibat dari bertele-telenya birokrasi (red tape birocratic). Mengambil inspirasi dari Bill Gates, milyarder dunia sosok yang bersama istrinya, Melinda Gates dalam: Bill and Melinda Gates Foundations yang sangat ternama memberikan donasi kemanusiaan ditingkat global yang dikutip di awal tulisan ini : “pekerjaan kita yang sebenarnya adalah saling menjaga satu sama lain, saling melindungi dan saling membantu”.

__________________________________________________
I Gde Sudibya: ekonom, pengamat : sosial ekonomi, dan kecendrungan masa depan ( trend watcher ). Tinggal di Banjar Pasek, Desa Tajun, Den Bukit, Bali Utara.