Foto: Tokoh masyarakat Karangasem yang juga praktisi pariwisata I Made Ramia Adnyana.

Karangasem (Metrobali.com)-

Saat ini dan dalam beberapa tahun ke depan Bali “dikepung” berbagai rencana pembangunan megaproyek baik dari pemerintah pusat maupun investasi dari pihak swasta.

Sayang dari sejumlah rencana megaproyek yang ada, tidak ada satu pun yang langsung menyentuh Karangasem sebagai daerah paling ujung timur Pulau Bali yang saat ini juga masih bergelut dengan masalah kemiskinan.

Kondisi ini dinilai tidak lepas dari kurang gregetnya pemimpin di “Gumi Lahar” ini dalam melobi proyek-proyek pembangunan dari pemerintah pusat dan tidak mampu mendatangkan investasi dari pihak swasta.

“Pemimpin Karangasem bisa dikatakan kurang dalam melobi proyek-proyek pembangunan dan investasi,” kritik tokoh masyarakat Karangasem I Made Ramia Adnyana, Jumat (24/1/2020) saat ditanya tanggapan soal tidak adanya megaproyek dan investasi di Karangasem.

Seperti diketahui ada beberapa rencana megaproyek pemerintah yang lintas kabupaten/kota di Bali. Diantaranya Tol Tabanan Gilimanuk, Shortcut Mengwitani-Singaraja (sedang dalam proses pembangunan), kereta api listrik keliling Bali, Pelabuhan Segitiga Emas (Sanur-Nusa Penida-Kusamba).

Sejumlah daerah yang secara langsung kebagian megaproyek pemerintah seperti Singaraja yakni rencana Bandara Bali Utara. Lalu Badung seperti Jalan Lingkar Selatan, pembangunan MRT, Penataan Estetika Utilitas Terpadu dan LRT Kuta-Bandara Ngurah Rai. Kemudian Denpasar berupa pembangunan Dermaga Sanur.

Selain itu ada pula rencana megaproyek investasi dari pihak swasta. Pertama, hotel mewah di Tanah Lot Tabanan dengan investor Donald Trump dan MNC Land. Rencananya dibangun fasilitas hotel bintang 7, lapangan golf, beach club, dan vila residensial dengan total luas lahan 108 hektar.

Kedua, Majestic Bangli Danau Batur dengan fasilitas berupa 7 objek pariwisata kelas dunia. Diantaranya kapal kayu seperti di Venesia, gondola seperti di Pegunungan Alpen, dan istana seperti abad pertengahan. Megaproyek pihak swasta ini diperkirakan menelan investasi sebesar 50 juta dolar AS.

Berikutnya megaproyek dari pihak swasta juga akan dibangun di Denpasar rencananya bernama Diamond Sanur. Fasilitasnya berupa tempat parkir kapal pesiar terbesar di Asia Tenggara, beach walk terbesar di dunia dan terpanjang di Asia, hingga areal konser panggung terapung.

Megaproyek ini akan dikerjakan investor PT Diamond Sanur di bawah naungan PT Vishnu Investment Group dengan perkiraan nilai investasi mencapai 45 juta dolar AS.

“Dari rencana megaproyek baik dari pemerintah maupun investasi swasta itu, tidak ada satupun yang terdeteksi melakukan investasi di Karangasem. Ada apa ini? Padahal potensi Karangasem cukup luar biasa. Pertanyaannya, kemana saja pemimpin Karangasem selama ini?,” kata Ramia Adnyana terheran-heran.

Kurang Aktif Melobi

Ia pun menilai kelihatan daerah lain yang mendapatkan megaproyek  pemerintah  pusat maupun investasi swasta ini karena masing-masing pemimpin di daerah tersebut sangat cekatan dalam merebut peluang pembangunan dan investasi.

“Yang namanya peluang pembangunan dan investasi kan harus direbut. Pemimpin daerah harus mengajukan proposal, lalu ajak dan undang investor ke Karangasem,” tegas Ramia Adnyana.

“Jangan menunggu durian runtuh. Pemimpin Karangasem harus aktif melobi peluang pembangunan di pusat dan mencari celah investasi dan melobi potensi-potensi yang sekiranya mampu diajak mengembangkan Karangasem,”sambungnya.

Pemimpin Karangasem juga diharapkan harus membentuk tim yang solid dan kuat untuk melakukan pendekatan lebih agresif baik ke pemerintah pusat maupun pihak swasta untuk membawa proyek-proyek pembangunan dan investasi ke daerah di bawah kaki Gunung Agung ini.

Misalnya harus melakukan pendekatan lebih agresif ke BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Model) untuk melihat potensi proyek-proyek investasi apa yang bisa dibawa dan dibuat di Karangasem.

“Intinya pemimpin Karangasem harus aktif dan memiliki tim lobi yang handal untuk mendapatkan investor untuk membangun Karangasem. Kalau tidak dilobi mana mungkin bisa dapat,” tegas Ramia Adnyana.

Menurutnya banyak celah untuk mendatangkan dana-dana investasi dari investor untuk membangun Karangasem di tengah minimnya PAD (Pendapatan Asli Daerah) saat ini. Namun hal tersebut tentu membutuhkan skill lobi dan negosiasi yang mempuni serta kepekaan dan kemampuan tinggi membaca peluang investasi dari pemimpin Karangasem.

“Pemimpin Karangasem harus punya skill mendatangkan investasi. Jadi jangan diam saja. Butuh gebrakan, strategi dan tim yang solid untuk mencari solusi alternatif pendanaan dan juga mengundang investor menanamkan modalnya di Karangasem. Jadi tidak bisa hanya mengandalkan PAD yang minim,” pungkas Ramia Adnyana.

Akibat PAD yang kecil dan minimnya investasi yang masuk selama ini Karangasem pun tertinggal dalam berbagai aspek pembangunan mulai dari infrastruktur hingga  SDM yang berujung tidak ada peningkatan signifikan bagi kesejahteraan masyarakat.

“PAD Karangasem di bawah Rp 300 miliar termasuk kecil dan belum ada terobosan dilakukan pemimpin saat ini untuk meningkatkan PAD. Ke depan kita butuh pemimpin yang bisa membawa lebih banyak proyek pembangunan dan investasi ke Karangasem,” tutup Ramia Adnyana. (dan)