Keluarga Gede Jelantik Kesal Tak Pernah Dapat Bantuan
Karangasem (Metrobali.com)-
Nasib baik sepertinya tak berpihak ke Gede Jelantik (60). Lansia, asal Dusun Celuk, Desa Tiing Tali Karangasem ini, harus hidup di bawah garis kemiskinan di usia senjanya.
Bagaimana tidak,  untuk beli beras sekilo saja, ia kadang harus ngutang. Mengandalkan penghasilan istri, I Ketut Rugih, sebagai buruh pembuat Banten, yang kadang hanya dapat 50 ribu per minggunya, membuatnya harus rela, kadang makan tanpa lauk.
Kondisi Gede Jelantik dengan kaki rematik, membuatnya tak dapat banyak aktivitas. Sehari-hari, ia pergi ke sawah untuk mengusir burung, di ladang pertanian orang. “Saya nyakap  sawah orang, nanti saya dapat seperlima dari hasil panennya,” tutur, bapak 4 anak yang sempat bekerja sebagai buruh bangunan ini.
Tak hanya itu, sisa tenaganya, ia manfaatkan untuk “ngadas” sapi tetangga. “Ya kalau lancar Sampai beranak, saya dapat anaknya, kalau tidak, saya tidak dapat apa-apa,” tutur Jelantik.
Nasib seakan kembali mencekik, tatkala, hingga kondisi ini tak pernah mendapat bantuan sepeserpun dari pemerintah. “Tetangga saya yang “punya” bisa dapat raskin (beras miskin), saya sama sekali tidak pernah dapat,” celetuknya.
Tak hanya itu, ketidakadilan semakin ia rasakan, pasca gempa Lombok berkekuatan 7,0 SC , setahun lalu, atap rumahnya yang telah rubuh, harus ia bangun kembali dengan “ngutang”. “Ada yang survey dijanjikan bantuan, tapi kok tetangga saya yang mampu dapat, ya terpaksa saya ngutang,” tuturnya.
Jelantik mengungkapkan, berkali-kali ada petugas datang untuk mendatanya sebagai KK miskin, namun tak sepeserpun ia mendapat bantuan apapun dari pihak terkait. “Sampai pernah saya usir petugas yang datang katanya mau survei, sudah males nggak dapet apa,” tuturnya lagi.
Jelantik sempat menyampaikan ketidakadilannya ke perangkat desa setempat namun jawabannya tak jelas. “Saya di bilang punya sawah, padahal saya nyakap, di bilang punya sapi padahal saya ngadas,” ucapnya kesal.
Pewarta : Made Yunda