Devy
Devy Kamil Syabana.

Karangasem, (Metrobali.com) –

Gunung Agung masih kritis. Meski secara visual hanya asap putih yang teelihat membumbung setinggi 1.500-2.000 meter, namun pergolakan di dalam perut gunun setiggi 3.142 mdpl itu masih terus terjadi. Utamanya suplai magma yang terus tumbuh ke permukaan. Demikian hal itu disampaikan oleh Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulakonologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil Syabana.
Menurut Devy, aktivitas tinggi Gunung Agung diindikasikan dengan masih terekamnya kegempaan vulkanik dalam. “Itu artinya masih ada tekanan berlebih di Gunung Agung,” jelas Devy di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Rabu 6 Desember 2017.
Selain gempa vulkanik dalam, Devy menyebut seismograf yang dipasang di sekelilin Gunun Agung juga masih merekam adanya gempa low frekuensi yang mengindikasikan terjadinya efusi atau pertumbuhan lava di permukaan. Hal itu sejalan dengan pengamatan melalui citra satelit.
Menurutnya, gempa low frekuensi terkam masih amat banyak. Bahkan kemarin, Devy menyebut perekaman gempa low frekuensi terbanyak yakni 44 kali. “Sekarang dalam 12 jam terakhir sudah ada 17 gempa low frekuensi, gempa vulkaniknya 11 kali. Salah satu indikasi lain (Gunung Agun masih kritis) yakni gempa tektonik lokal,” papar dia.
 
Menurutnya, gempa tektonik lokal yang terekam bukan gempa yang disebabkan oleh stres pada sesar. “Yang terjadi itu tergantung posisinya di mana. Tapi itu adalah stres yang dilepaskan oleh sesar. Tapi sumber sesarnya sendiri masih dalam kaitannya dengan aktivitas Gunung Agung. Stres itu bisa terbentuk karena adanya tekanan dari magma,” jelas dia.
“Terlihat jga adanya anomali thermal. Terakhir tadi pagi itu rata-rata 4 megawatt. Sebelumnya terpantau 97 megawatt,” tambah Devy.
Jumlah energi thermal itu memang lebih kecil dibandingkan dengan yan terekam sebelumnya hingga mencapai 97 megawatt. “Tapi apakah energinya berkurang? Tidak bisa kita sampaikan begitu. Dulu itu (waktu gerekam 97 megawatt) volume (lava di permukaan kawah) masih sedikit,” kata Devy.
Saat bertambah, temperatur lava di permukaan akan cenderun menurun. “Kemungkinan mengeras. Tapi yang di bawah lapisan lavanya masih panas. Yang tertangkap satelit itu hanya bagian yang sudah mulai mendingin dan mengeras,” paparnya. (Laporan Bobby Andalan)