megawati 2
Megawati Soekarno Putri/ist

Denpasar, (Metrobali.com) –

Konon, Sabtu tanggal 11, bulan 11, jam 11 DPP PDI Perjuangan bakal mengeluarkan paket Calon Gubernur Bali periode 2018 – 2023. Tentu keputusan DPP ini jangan dianggap enteng. Keputusan ini sangat menentukan masa depan DDIP di Bali terutama yang akan menduduki jabatan eksekutif Gubernur Bali.
Apabila salah menentukan paket kader Cagub-Cawagub Bali yang bakal diusung PDI Perjuangan, bukan tak mungkin PDIP bisa kalah dari lawan-lawan politiknya. Oleh karena itu, penentuan calon Cagub dan Cawagub ini sangatlah penting. Sebab, selama hajatan politik Pilgub Bali selama empat periode Pilgub mulai dari jamanya Dewa Made Beratha, Kader PDI Perjuangan Bali tidak pernah menduduki kursi Gubernur Bali. Paling paling menjadi nomor dua saja.
Di sini, menurut seorang sumber yang tidak mau disebutkan namanya, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarno Putri harus lebih cermas dan cerdas merekomendasi calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali yang akan bertarung pada 27 Juni 2018. Jika tidak cerdas dan tepat menentukan calon maka tidak menutup kemungkinan, calon PDI Perjuangan bisa kalah dari Figur yang bersih.
Untuk itu, maka ada baiknya kembali melihat pandangan Politisi vokal PDIP, I Made Arjaya. Arjaya pada sebuah perbincangan dengan metrobali.com beberapa bulan yang lalu menyaranakn jika partai PDI Perjuangan mau menang mudah pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2018, maka ada berbagai konsfigurasi.
Mantan Ketua Komisi I DPRD Bali itu menilai PDIP memiliki banyak figur yang bisa disimulasikan untuk memenangkan kontetasi demokrasi lima tahunan tersebut. PDIP, Arjaya melanjutkan, bisa mengusung paket kader-kader untuk merebut kembali kursi kepemimpinan orang nomor satu di Bali yang saat ini dikuasai Koalisi Bali Mandara (KBM) yang dimotori Golkar, Demokrat dan sejumlah partai lainnya.
“Kalau ingin menang mudah, PDIP bisa mengombinasikan kader-kadernya. Usung paket Anak Agung Ngurah Puspayoga berpasangan dengan Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra. Atau bisa juga paketnya Anak Agung Ngurah Puspayoga-Putu Agus Suradnyana,” kata Arjaya saat ditemui Metrobali.com di kediamannya, baru-baru ini.
Selain itu, Arjaya juga menilai paket Anak Agung Ngurah Puspayoga bisa ditandemkan dengan Nyoman Adi Wiryatama sebagai kandidat calon wakil gubernur. “Paket Anak Agung Ngurah Puspayoga-Nyoman Adi Wiyatama juga bisa diusung,” papar dia.
Selain nama-nama di atas, anak tokoh PDIP Nyoman Lepug ini juga memiliki beberapa paket lainnya yang bisa diusung PDIP untuk memenangkan Pilgub Bali yang akan digelar serentak pada tahun depan. Paket tersebut di antaranya adalah I Wayan Koster-Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-Ni Putu Eka Wiryastuti dan Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-Bintang Puspayoga. “Dua paket terakhir ini bisa diusung jika PDIP ingin mendorong kader perempuan,” ulas dia.
Selain itu, jika PDIP ingin berkompromi demi kepentingan Bali, bisa juga membangun koalisi merah-kuning dengan memaketkan Anak Agung Ngurah Puspayoga berpasangan dengan Gde Sumarjaya Linggih alias Demer. “Saya optimistis paket ini akan meraup suara di atas 40 persen,” ucapnya optimistis.
Di sisi lain, Arjaya rupanya berbaik hati memberikan saran kepada Partai Golkar yang telah menelurkan rekomendasi kepada I Ketut Sudikerta sebagai kandidat calon gubernur yang akan diusung. Jika ingin menang dan memaketkan kader-kader, Arjaya menyarankan partai berlambang pohon beringin itu memaketkan I Ketut Sudikerta dengan I Wayan Geredeg. “Itu kalau Golkar ingin mengusung kader. Tapi kalau Golkar mau kuat juga bisa mengusung I Ketut Sudikerta ditandemkan dengan Cok Pemayun (Sekda Bali),” beber dia.
‎Di sisi lain, sosok yang bisa saja menjadi kuda hitam di mata Arjaya adalah I Gusti Ngurah Arya Wedakarna. “Kalau dia mau berfikir asimetris, Wedakarna bisa jadi kuda hitam di Pilgub nanti,” ujarnya. Pada kesempatan itu Arjaya juga berharap ada tiga kandidat yang akan bertarung di Pilgub Bali nantinya. “Kalau head to head riskan bagi Bali. Di Bali ini rentan isu soroh. Tentu dalam posisi politik Pilgub isu ini akan dimainkan,” kata dia.
Terlepas dari semua itu, politisi yang terkenal bicara blak-blakan itu berharap para kandidat yang maju dalam kontestasi Pilgub Bali nantinya adaah mereka yang memiliki komitmen untuk mempertahankan kultur serta adat istiadat Bali.‎ Bagi Arjaya, hal ini lebih penting ketimbang apapun. Sebab, kultur dan adat istiadat merupakan ruh masyarakat Hindu Bali.
“Kalau itu hilang, maka akan hilang juga identitas kita. Ada beberapa tokoh yang teruji urusan itu. Cuma sekarang titik beratnya dari partai apa. Semua pasti ingin menuju kesejahteraan masyarakat Bali, tetapi pintu masuknya apa. Harapan saya kesejahteraan dimulai dari penguatan budaya dan adat istiadat. Siapapun pemimpinnya, dia adalah yang mampu mempertahankan kultur serta adat istiadat Bali dan pariwisatanya,” saran Arjaya.‎
Menjaga kultur dan adat istiadat butuh biaya, utamanya di desa adat. Dari hamil, lahir sampai meninggal di Bali ini penuh upakara dan upacara. Maka itu harus otonomi khusus atau otonomi asimetris. ‎Itu akan lebih cepat membawa kesejahteraan ketimbang normatif. Nantinya kepemimpinan Bali one iland management. Tidak‎ ada gontok-gontokan. Bupati/wali kota itu ditunjuk oleh gubernur,” demikian Arjaya. (Laporan Bobby Andalan)