Anggota DPD Nilai Tidak Perlu Bandara Baru
Denpasar (Metrobali.com)-
Anggota DPD-RI dari Provinsi Bali, I Kadek Arimbawa, menilai tidak perlu lagi ada pembangunan bandar udara baru di wilayah Bali utara karena akan menghabiskan lahan di kawasan Kabupaten Buleleng itu.
“Hal ini bukan berarti saya secara pribadi menolak rencana pembangunan bandara di wilayah Kabupaten Buleleng itu,” kata pria yang akrab disapa Lolak itu di Denpasar, Jumat (26/4).
Menurut dia, alangkah lebih baiknya jika dana pembangunan bandara yang begitu besar dipergunakan untuk membangun infrastruktur lainnya guna mendukung pengembangan wilayah tersebut.
Pembangunan infrastruktur lain itu, seperti membangun monorel dari Denpasar menuju Buleleng atau membuat jalan tembus dari kedua wilayah tersebut sehingga memperpendek jarak tempuh.
“Pembangunan bandara itu akan menghabiskan lahan yang ada karena diperlukan sangat banyak. Untuk kawasan bandara saja memerlukan paling sedikit sekitar ratusan sampai 1.000 hektare,” ujarnya.
Lahan itu hanya untuk kawasan bandar udara saja, belum diperhitungkan pembangunan sarana atau fasilitas pendukung lainnya.
Menurut dia, pembangunan bandara di wilayah utara Pulau Dewata itu bertujuan untuk meningkatkan jumlah wisatawan dari luar negeri dengan menyiapkan landasan lebih besar sehingga kapal berukuran jumbo bisa datang ke Bali.
Hal itu dinilai terlalu memaksakan, karena sudah ada bandara di Bali ini, termasuk di wilayah timur Indonesia terdapat Bandara Internasional lainnya yang bisa didatangi pesawat berukuran besar.
“Harusnya bagi-bago rejekilah, sudah ada Bandara di wilayah Nusa Tenggara Barat. Apabila ada yang mau datang ke Bali tinggal terbang dari sana,” ucapnya.
Sebelumnya Kementerian Perhubungan menilai kawasan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, layak dan memenuhi syarat untuk pembangunan bandar udara di wilayah Bali utara.
“Hasil studi di tiga lokasi, dari segi posisi yang paling bagus itu di Kubutambahan,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Herry Bakti.
Selain Kubutambahan, dua lokasi lain telah dilakukan kajian kelayakan (feasibility study) pembangunan bandara, yakni di Kabupaten Jembrana dan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Meskipun dianggap layak, pihaknya masih menunggu studi lanjutan terkait pembebasan lahan hingga revisi tata ruang yang dilakukan oleh pemerintah daerah. INT-MB
25 Komentar
Bendara perlu di Buleleng ,, supaya maju juga Buleleng ini lolak ngawur jangan pilih lagi jadi DPD tidak mau menampung aspirasi masyarakat ,, rugi makan gaji buta ,Buleleng , DPS , seraya , karang asem perlu jalur kereta api, jalan tol juga perlu supaya Bali maju dan lancar
Tu dah kalu pelawak jadi politisi anu sing saja ngurussan rakyat alagi membawa aspirasi lolak sangat sanagt ngawur apa fungainya mewaki
I bali dipusat lak?
Pendapat lolak ada benarnya, udara di singaraja sudah cukup panas. pembukaan lahan dalam jumlah besar2an yg sebelumnya pemasok oxigen akan semakin membuat suhu lingkungan menjadi panas. mungkin dalam wkt dekat menguntungkan dari segi finansial, tetapi dalam janka panjang tentu akan merugikan terutama untuk masyarakat bulelelng sendiri. Kalaupun nanti jadi dibangun semoga tidak hanya menguntungkan pihak2 tertentu saja.
Beh lamun kene benyah kal bali ne, montoan gen, debuin ada bandara,kreta api, bali tetap alami, tapi sdm orang bali oke
Sya pikir pendapat itu perlu dipikirkan krn ada kebenarannya. Bali hanyalah sebuah pulau kecil yang luasnya 2,500m2. Dulu ketika penduduk Bali mencapai 3jt jiwa kepadatan penduduk Bali sudah 500 orang/km2 – pulau yang kepadatanya no 2 di Indonesia setelah P Jawa. Sekarang penduduk Bali sudah diperkirakan sudah melebihi 3jt500 jiwa tentu kepadatan penduduk jadi bertambah. Kedatangan wisatawang asing (hanya baru asing) di tahun 2012 mencapai 1,8 jutaan sudah menambah lagi kepadatan pulau bali belum lagi wisatawan domestik yang jumlahnya 3X lipat jumlah wisatawan asing dan banyak diantara mereka datang dng kendraan pribadi dan rombongan bus2. Kita bisa lihat pada saat periode tertentu: th baru, natal, dan musim liburan sekolah, dll kepadatan itu terjadi bukan hanya di Bali selatan tetapi merata di sejumlah titik2 trtentu di Bali. Geliat pariwisata di Bali tak lepas dari serbuan penduduk pendatang baik lokal maupun pekerja asing. Seakan kita tdk pernah berfikir brapakah sebenarnya daya tampung ideal pulau yang kecil ini? Ada paradox dlm rncana pembangunan airport di Bali utara yaitu di pulau kecil ini orang pingin mendatangkan wisatawan sebanyak2 banyaknya dengan memanfaatkan dan alih fungsi lahan yang sebesar-besarnya. Saatnya kita merubah pola pikir berfikir juga ke kwalitas – seprti Buthan sebuah negara kerajaan yang kecil mereka menerapkan aturan wisatawan yg berkunjung diharuskan membelanjakan uangnya minimum USD 200/orang/hari dan jg aturan2 negara lain yg sejenis. jadi wisatawan tersaring pada kwalitas wisatawan. Disini pengelolaannya sangat amburadul pelaku usaha pariwisata berlomba2 menawarkan harga yg paling murah, dan banyak yg illegal. Tingkat persaingan ada di harga bukan kwalitas sehingga terjadi mass tourism. Dalam keadaan ini tidak mungkin ada pemerataan karena dinikmati oleh pelaku2 pariwisata sedangkan masyarakat Bali hanya jadi obyek dan di peras – contoh perlakuan dan pengupahn terhadap seniman tari, petani dll. Arti pemerataan adalah seharusnya ada di titingkat masyarakat bukan mendikotomikan daerah utara dan selatan yg disetiap pilkada menjadi bahan politisasi . Bagaimana manfaat dan multiflier effectnya itu semakin banyak dinikmati langsung oleh masyrakat di Bali sampai di pedesaan sehingga perekonomian mereka bs terangkat. Selama ini manfaat pariwisata dinikmati masyarkat lebih banyak secara tidak langsung; dari retribusi masuk sebagai APBD dan dikelola oleh pemkab untuk sebgian besar dialokasikn ke belanja pegawai – bahkan di bberpa kabupaten belanja pegawai melebihi 60% dari apbdnya. Bahkan pengembalian dlm bentuk pemeliharaan objek pun boleh dikatakan nihil..lihat objek2 pariwisatanya dan fsiltas2nya..lehih majadi sapi perah dan tidak ada perawtan padahal setiap hari pemasukannya sangat tinggi. Selama sistemnya seperti itu manfaat pemerataanya sangat kecil terjadi. Pariwisata itu ibarat pisau bermata dua satu sisi bisa bermanfaat satu sisi bisa melukai kita. Daerah tujuan wisata (Bali) bisa seperti tebu setelah jadi ampas ditinggalkan begitu saja. Diperlukan pengelolaan yang baik dan benar agar hal itu tidak terjadi.
betul,,betull
Saya sependapat dengan lolak, karena pembangunan itu akan membutuhkan dana yang sangat besar, dan kalau anggaran itu dipakai untuk membangun infrastruktur akan lebih terasa nikmatnya, monorel, keliling bali atau jalan tol akan lebih bermanfaat untuk penyebaran ekonomi di Bali, karena warga buleleng, Karangasem, jembrana dan yang jauh dari Denpasar tidak akan harus tinggal di Denpasar untuk bekerja di Denpasar kalau system transportasi yang kita punya sudah maju. Bandara baru akan sangat mubazir dan arah pariwisata Bali yang berlandaskan Pariwisata budaya akan terkikis karena semakin menyempitnya lahan, selain juga akan menimbulkan efek alam yang extreem mengingat Bali hanyalah pulau yang kecil.
setuju dgn lolak bandara ngurah rai sudah internasional apa perlu lagi membangun bandara lebih baik pasilitas seperti sekolah, dan yg lain yang lbh penting jangan.berfikir pendek.semua ttg uang! pkirkan.juga tmpat tinggal jgn.berpikir seperti orang pulau tetangga yg tidak.pernah belajar asta kosala kosali dan tata letak
untuk Comment nya pak Made Biasa.. betul skali..
itu yg mesti yg d terapkan.. bkan mnambah bnyak hotel villa/ investor asing yg memanfaatkan tanah bali ini. tp tamu yg benar2 liburan mau belanja yg qta harapkan..
Saya rasa bandara ga perlu lagi, kalian liat ga daerah wisata kita uda rusak! Kotor! Yg dulu bagus terawat sekarang penuh sampah… Well ini bukan masalah sampah saja… Pemerintah… Kalo mw jadikan bali yg kecil ini jd sumber devisa negara boleh aja.. Bangun deh tu 10 bandra kalo bisa… TAPIIIII tolong di dukung dgn perarturan yg ketat biar tempat wisata yg bagus2 yg jadi sumber devisa negara itu tidak rusak!! Oke sekarang masi bagus… Gimana 10 thn kedepan?? Ga usa lebay lah 10 thn… 5 tahun aja deh,,, nah kl ud rusak, kotor, jelek… Apa dong yg mw dijual utk bali yg kecil ini?? Kosong deh tu bandara entar…
FYI nih ya guys… There are lots!!! Of beautiful beaches, beautiful place to visit in the east islands next to bali and still untouch… So pleaseeeee pleaseee pretty please…. At least you can keep clean where ever you go…. Otherwise tourist wont be come to bali anymore and you guys who work at hospitality will lose ur job…
Okay… Everything need to be well plan and supported by regulations to keep all of those things in right way… Actually the biggest problem is rubish and too many hotels, resorts etc which are IN FRONT OF THE BEACH! Think again guys 😀
kata Bli Lolak yang penting jalan Klungkung – Gianyar yang diperhalus agar dia lancar PP bersama dek Ulik, dan bisa Meli Sambuk di Dawan, hehehe……..
betul,,rumah lolak saja yang di jadiin bandara,,supaya dek ulik glalak glilik,kemudian di kutak kutik hahahahah
oo.. gitu ya. saya tahu banyak yg gak setuju termasuk lolak, anggota dprd badung dan lain – lain. sekarang Mangku Pastika ingin memperjuangkan kemajuan buleleng tetapi ditolak oleh bapak – bapak dari bali selatan. klu dari segi politik ingin menjatuhkan nama MP dimata rakyat buleleng yg kita tahu pak MP putra buleleng. ini menjadikan kepercayaan rakyat buleleng akan turun kepada putra daerahnya. berarti rakyat buleleng selama ini dijadikan sapi perahan saja saat pilkada maupun pileg. ayo berikan dukungan buat MP untuk mewujudkan bandara jgn lagi mau diuluk – uluk.
Kalo kita cermati pendpt dari Bpk Md Biasa dan Tudengurah masing” mempunyai nilai kebenaran kalo dilihat dr bbrp aspek. Kalo dilihat dari segi geografis dan daya dukung lahan mmg Bali sangat sempit padat dgn jml penduduk yg banyak ditambah lagi laju kedatangan wisatawan baik domestik maupun manca negara yg kian membaik. Disatu sisi kita blm siap dgn pesatnya pembangunan di Bali krn daya dukung geografis yg tdk seimbang dan khusus utk daerah Buleleng terutama daerah Kubutambahan dgn adanya Rencana Pembangunan Bandara yg akan membutuhkan lahan yg sgt luas serta bangunan” pendukung lainnya nantinya akan terjadi alih fungsi lahan scr besar”an dan ini perlu perlu mendpt perhatian dari pemerintah baik Propinsi maupun Kabupaten Buleleng jgn sampai masy berlomba-lomba menjual lahannya tanpa melihat perkembangan ke depan.
Tapi kalo kita lihat dari sisi pemerataan pembangunan khususnya Bali Selatan danBali Utara, pembangunan Bandara di Buleleng bisa menjadi salah satu usaha utk membuat akses menuju Buleleng lbh mudah bagi wisatawan terutama manca negara, karena potensi yg dimiliki Buleleng msh byk obyek” wisata serta panorama alam yg indah yg belum tergarap scr baik dan terencana agar bisa mendatangkan wisman dan wisdom lbh banyak. Perlu suatu solusi dan pemikiran yg cerdas dan terukur utk bisa mengembangkan kawasan wisata Buleleng lbh berkwalitas. Selain Bandara alternatif lain utk memudahkan akses kesana dgn adanya Jalan Lintas dan cepat dari Denpasar ke Singaraja dgn konsekwensi yaitu mengorbankan lahan” produktif masy.
Dlm kaitan dgn PILGUB BALI yg sdh didpn mata ada baiknya wacana utk Pembangunan Bandara di Buleleng disimpan dulu jgn itu dijadikan sbg komoditas politik apalagi saling menjatuhkan antar sesama kandidat. Merasa paling berjasa dlm rencana Pembangunan Bandara dan mengatakan kalo skrg terpilih besok sdh ditandatangani rencana Pembangunan Bandara tsb. Tdk segampang itu dlm mewujudkan rencana byk hal yg perlu dipikirkan dan perencanaannya hrs betul” matang agar betul” bisa terwujud secara Nyata bukan janji” manis semata.
Berilah informasi yg benar dan jujur kpd masyarakat jangan informasi yg sesat, kami butuh Pemimpin yg betul” bekerja dan berbuat utk masy Bali scr luas.
Saya sangat setuju dengan pendapat lolak, karena itu akan buang uang banyak dan lebih baik uang itu di alihkan untuk pembangunan ifrastructur yang lain yang masih sangat di butuhkan, terutama jalan kami yang di nusa lembongan hancur total dan tidak layak di sebut daerah tujuan wisata
Berarti tidak asal teken saja ya?
menurut saya pernyataan lolak ada benernya….adanya bandara udara hanya membuat pemasukan buat angkasa pura aja….saya yakin masyarakat sekitar tdk dapat menikmatinya….karena bukan rahasia umum stand2 di area bandara sangat mahal…dan sulit dijangkau warga sekitar……saya setuju dibuatkan sarana transportasi penghubung yg lebih dekat dan cepat……
Tyang setuju ade bandara di buleleng asal dengan amdal yang baik serta pemberdayaan masyarakat sekitar.
Dumogi Bandara yang diperjuangkan oleh semua tokoh-tokoh Buleleng berhasil.
suksma
Mari kita lihat sejenak dan di analisa:
seberapa perlukah bendara di buleleng….?,karena di tuban sendiri sudah ada bandara internasional,seberapa pintar juga pemerintah dan komponen pariwisata bisa mendatangkan pesawat besar tiap harinya ke bali..kalau kita buat bandara di buleleng.
karena perlu kita pikirkan kalau kita mendirikan bandara di buleleng,faktor pasilitas harus juga mendukung seperti :
hotel
resturant
jalan monorel yang cepat
dan pasilitas lainya.
bukan bandara saja didirikan,sedangkan pasilitas lainya belum di pikirkan,kita harus pikirkan juga pembebasan lahanya,ya utk bandara dan pasilitas lainya nantinya.
kalau menurut saya pribadi,lebih baik jalan denpasar buleleng singaraja dulu di kembangkan.supaya mempercepat orang bulak- balik,kalau memang harus ada monorel alangkah bagusnya,setelah itu baru kita pikirkan dampak/dan harus seperti apa..?pang sing ujung2 mangkrak kasian kan
Bagaimana bandara ngurah rai nantinya dipindahkan saja ke buleleng? Sehingga bali Tdk perlu ada 2 bandara katanya krodit? Mohon komentar yang jujur demi pemerataan Bali
bukan semudah gitu mindahan bandara,,emangnya bisa di angkut pakai truk,,atau bemo apa
duh kasihan pak anggota DPD. perencanaan itu sudah masuk agenda nasional pak. jadwal kegiatan juga sudah disusun yakni setelah pembangunan JDP, under pas dan by pass Denpasar – Seririt selesai.
jalan cepat lintas DENPASAR – SINGARAJA adalah solusi terbaiknya
bukan bandara !!!
malah ngerusak alam buleleng saja,
SETUJU ????
p saya angob dengan pernyatan pak biasa tapi boleh saya tau bapak lahir besar dimana ?dan mencari makan dimana setelah itu baru bisa kita berdialog pak biasa jangan jangan bapaak bukan orang kuta atau badung atou bapaak dari buleleng?
@llelok..saya orang asli Bali hidup dan mencari makan disini juga di Bali. Maaf klo saya tidak mencantumkan saya dari daerah mana. Karena dlm hal ini saya tidak bepikir tentang kedaerahan yg lebih spesifik tapi Bali. Wenten napi nggih pak?