Ilustrasi Tewas
Buleleng (Metrobali.com)-
Bali kini kembali berduka.. Seorang transmigran asal Singaraja Bali, tewas dipenggal di Sulawesi Tengah (Sulteng). Sebelumnya transmigran Bali juga mengalami nasib yang sama karena faktor kecemburuan.
Setelah ditelusuri kematian transmigran itu,  ternyata dipenggal. Menantu laki laki Nyoman Astika, Nyoman Adiana mengatakan, Nyoman tewas dengan cara dipenggal, di Dusun Baturiti, Desa Balinggi, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng).”Para pelaku yang diduga teroris membunuh sanak keluarga kami dengan cara memenggal kepala hingga putus dan saat ini bagian kepala belum ditemukan,” kata Nyoman, di Singaraja, Selasa (15/9/2015).Ia menjelaskan, berdasarkan penuturan sanak keluarga, kejadian bermula pada Minggu pukul 13.00 WITA (13/9) ketika Nyoman Astika dan istrinya Made Kantri hendak melakukan persembahyangan Tilem (Bulan Mati) di pondok (rumah kecil) miliknya berlokasi di Pegunungan Baturiti.Dikatakan ketika kedua mertuanya tiba di rumah (pondok) di pegunungan itu dan sempat melakukan beberapa aktivitas, datang lima orang laki-laki bercadar lengkap dengan senjata laras panjang, tas ransel dan kapak.

“Dua diantara mereka memegang tangan mertua perempuan saya (Made Kantri), dan sisanya menyandra mertua laki laki saya (Nyoman Astika),” kata dia sembari mengatakan apa yang disampaikan merupakan cerita dari mertua perempuannya.

Ia memaparkan, kemudian dilihat salah satu pelaku mencuci golok berlumuran darah dekat dengan sumber air di rumah korban.

“Salah satu pelaku mencuci tangan dan kapak penuh dengan darah, selang beberapa saat kemudian mertua perempuan dilepaskan dan dilihat mertua laki laki saya terlentang di tanah dekat pekarangan dengan keadaan terbunuh tanpa kepala,” kata dia.

Ia melanjutkan, para pelaku tersebut sempat mengancam mertuanya tidak melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib dan masyarakat setempat.

“Mertua sempat ketakukan tetapi sekitar pukul 20.00 WITA memutuskan kabur dengan cara berlari ke Desa Gitgit Sari, lokasi pemukiman keluarga yang berjarak sekitar lima kilometer dari lokasi pembunuhan tersebut,” kata dia.

Lebih lanjut, ia memaparkan, keesokan harinya, Senin (14/9), sanak keluarga dibantu beberapa penduduk daerah setempat berjumlah lebih dari 30 orang berangkat ke lokasi pembunuhan untuk mengevakuasi mayat korban dan berusaha mencari bagian kepala yang hilang. “Namun, pencarian kepala hingga hari ini masih nihil,” imbuhnya.

Adiana lebih jauh mengungkapkan, keluarga di daerah itu sudah melaporkan kejadian tersebut ke pihak Kepolisian Parigi Mautong.

“Kami mendengar sudah dilaporkan dan saat ini pihak Kepolisian tengah mendalami kasus ini dan diduga terkait dengan kelompok teroris Santoso,” imbuhnya.  RED-MB