79 tahun Indonesia Merdeka, Tujuan Kemerdekaan yang Semakin Menjauh
Ilustrasi
Denpasar, (Metrobali.com)-
Tujuan kemerdekaan yang dirumuskan Bapak – Ibu Pendiri Bangsa, menyebut beberapa: mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dalam perspektif keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia, semakin menjauh dari jangkauan.
Hal itu dikatakan I Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi politik dan kecenderungan masa depan, Senin.
Dikatakan, semakin menjauh dari jangkauan, karena sejumlah faktor penyebab di bawah ini. Pertama, demokrasi telah “dibajak”, dalam demokrasi seolah-olah.
Merujuk pendapat pakar hukum pidana UI Dr.Harishtuti: hukum telah dipergunakan sebagai instrumen rekayasa sosial untuk memperpanjang kekuasaan dengan melanggar etika.
Menurutnya, turunannya bisa bermacam-macam, “pembajakan” kedaulatan partai, penggunaan dana bansos untuk kemenangan politik yang merupakan korupsi kekuasaan, menggunakan institusi penegak hukum untuk memenjarakan, menyandra dan meneror lawan politik. Bentuk kejahatan politik terhadap reformasi dan demokrasi.
Kedua, lanjutnya, melakukan rekayasa opini publik, dengan berbagai cara: memanipulasi hasil survei tentang kepuasan publik, mendistorsi data dan informasi dan memproduksikan hoax.
Ketiga, korupsi kekuasaan di sektor pertambangan, yang menghasilkan pundi-pundi dana yang tidak terbatas, untuk menghasilkan status quo kekuasaan, dan menyumbat proses sirkulasi kekuasaan dalam proses demokrasi yang berkualitas dan bermartabat.
Semakin menjauh dari jangkauan cita cita pendiri Bangsa, karena menguasai hubungan produksi, menguasai perekonomian, mendikte kekuatan formal negara dan kemudian menguasai dan menyandra, mendikte opini publik, dimana 80 masyarakat pemilih hanya setingkat kelas 7 (tidak tamat SMP).
Menurutnya, kemiskinan, elegi kemiskinan, keluguan publik karena keterbatasan pengetahuan bukannya dientaskan, tetapi dimanfaatkan, dimanipulasi untuk politik kekuasaan.
“Reformasi 26 tahun lalu, yang membersitkan harapan mendekatkan pencapaian cita-cita kemerdekaan, sekarang semakin menjauh yang disertai dengan semakin memudarnya harapan akan masa depan,” kata Gde Sudibya, ekonom,.pengamat ekonomi politik dan kecenderungan masa depan. (Sutiawan)