Mataram (Metrobali.com)-

Sekitar 70 persen Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) yang didirikan di 32 provinsi di Indonesia telah berjalan sukses membantu akses informasi masyarakat di daerah terpencil, terluar dan tertinggal.

“Dengan pencapaian yang sudah 70 persen ini, tetap harus didorong terus agar penggunaannya lebih optimal di masyarakat,” kata Wakil Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Detiknas) Kemenkominfo Prof Zainal A Hasibuan di Mataram, NTB, Minggu (30/6) malam.

PLIK dan Mobile PLIK (M-PLIK)merupakan bagian dari empat program Desa Pinter (Desa Punya Internet) yang dilakukan oleh Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI). Desa Pinter dimaksudkan untuk menghilangkan kesenjangan informasi dan pendidikan di Tanah Air.

“Dengan komputer yang dilengkapi akses internet, masyarakat dapat mengakses informasi apapun termasuk dunia pendidikan dan pengetahuan lainnya,” kata Hasibuan saat temu media bertajuk “Peran PLIK dan MPLIK dalam Meretas Belenggu Teknologi Informasi”.

Target semula hingga 31 Desember 2010, desa di kecamatan yang dilayani akses internet atau PLIK untuk seluruh Indonesia (kecuali DKI Jakarta) sebanyak 4.218. Ia mengatakan target pembentukan itu sudah terlaksana semuanya, dan 70 persennya berjalan lancar atau dimasukkan dalam kategori sukses.

“Namun yang kami masukkan sukses itu bukan semuanya dengan tingkat kunjungan masyarakat yang tinggi dan rata-rata pemakaian di atas delapan jam sehari, yang penataan sarana prasarananya bagus dan tetap jalan operasionalnya juga kami kategorikan sukses. Sementara yang dikategorikan gagal itu ada yang komputernya tidak terpasang, perangkatnya hilang karena dicuri maupun pengelolaan yang amburadul,” ujarnya.

Oleh karena itu, ujar dia, ke depan tetap harus terus dilakukan pembenahan dari sisi sumber daya manusia (SDM), infrastruktur pendukung berupa listrik maupun akses jalan.

“SDM pengelola hendaknya memiliki langkah inovatif supaya bisa mengembangkan PLIK dengan menjalin berbagai kemitraan sehingga masyarakat dapat tertarik mendatangani PLIK karena ini sesungguhnya bisnis untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa juga,” ucapnya.

Ia menambahkan, langkah yang bisa diambil diantaranya dengan melibatkan pemangku kepentingan dalam menetapkan arah strategi pengembangan, mengkonsolidasikan program yang bersifat lintas sektoral dan vertikal, melibatkan para akademisi dalam melakukan pendampingan, serta meningkatkan akses konektivitas.

Sementara itu Burhanuddin, Media Operator PLIK Kecamatan Lunyuk, Sumbawa menguraikan sejumlah program kemitraan yang dilakukan sehingga berhasil PLIK-nya menjadi yang terbaik di Nusa Tenggara Barat.

“Daerah kami cukup jauh dari pusat kota atau berjarak sekitar 98 kilometer sehingga keberadaan PLIK ini sangat membantu para pelajar dan guru untuk mengakses internet,” katanya.

Program kemitraan yang sudah dijalankan oleh kelompok penerima PLIK pada Agustus 2010 diantaranya melalui pusat kegiatan belajar-mengajar (PKBM), praktik teknologi informasi bagi siswa SMA/SMK, data aplikasi sertifikasi tunjangan guru dan aplikasi data pokok pendidik (Dapodik), pengiriman data perusahaan swasta, kerja sama dengan PT Newmont Nusatenggara dan sebagainya.

“PLIK juga sangat membantu para bidan desa ketika kekurangan informasi hingga membantu mahasiswa dari universitas terbuka,” ucapnya sembari menyebut PLIK di daerahnya dibuka selama 24 jam.

Acara ini dihadiri oleh para jurnalis dari Bali dan Nusa Tenggara Barat. ITN-MB