tsunami aceh

Jakarta (Metrobali.com)-

Sebanyak 24 negara yang berada di sekitar Samudera Hindia hadir dalam konferensi internasional dalam rangka peringatan 10 tahun tsunami.

“Sebenarnya hanya 21 negara penerima informasi potensi tsunami di wilayah Samudera Hindia tapi 24 negara turut menghadiri konferensi ini,” kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir di Jakarta, Senin (24/11).

Konferensi yang turut dihadiri lembaga internasional seperti Unesco, WMO dan ASEAN itu digelar Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Sejak 2012, Indonesia bersama Australia dan India sudah ditetapkan sebagai Regional Tsunami Service Provider (RTSP) yang memberikan informasi potensi tsunami untuk wilayah Samudera Hindia.

Penetapan itu merupakan kepercayaan dunia atas keberhasilan Indonesia dalam menjaga, mengoperasikan dan secara konsisten melakukan pemeliharaan dan perbaikan Sistem Peringatan Dini Tsunami (InaTEWS).

“Kita tidak cukup mengenang sejarah saja, apa yang bisa kita lakukan ke depan agar tidak ada lagi jatuh korban saat tsunami terjadi seperti 2004,” kata Nasir.

Dia mengatakan, sistem peringatan dini tsunami di Indonesia sudah cukup baik dan merespon cepat ketika terjadi gempa bumi yang berpotensi tsunami.

Nasir mencontohkan seperti gempa bumi berkekuatan 7,3 Skala Richter di Halmahera, Maluku Utara pekan lalu, InaTEWS berfungsi dengan baik dan menginformasikan potensi tsunami dalam waktu cukup cepat.

“Walaupun tidak terjadi tsunami tapi peringatan dini direspon baik masyarakat yang langsung menyelamatkan diri,” kata Nasir.

Kepala BMKG Andi Eka Sakya mengatakan, konferensi internasional tersebut menjadi langkah awal penjajagan kesimpulan sebagai bahan untuk konferensi PBB untuk pengurangan resiko bencana yang akan diselenggarakan 14-18 Maret 2015 di Sendai, Jepang.

“Pertemuan ini juga menjadi tonggak pendirian Indian Ocean Tsunami Warning dan sistem mitigasi,” kata Andi. AN-MB