Denpasar (Metrobali.com)-

Sebanyak 20 sineas dokumenter mengirimkan karyanya untuk diikutkan dalam Festival Film Dokumenter Bali (2012). Di luar hadiah, hal yang merangsang para peserta untuk berpartisipasi dalam ajang ini adalah pesona dewan jurinya. Dari 20 karya tersebut akan diseleksi sebelas  film terbaik yang akan diputar di Aula STIKOM Bali  (Renon), Denpasar pada 1-3 Agustus 2012. Acara pemutaran karya-karya tersebut akan dimulai pada pukul 19.30 Wita.

Hal itu dikatakan Ketua Panitia Festival Film Dokumenter Bali (2012) Agung Bawantara dalam siaran persnya, Kamis (19/7). Dikatakan, keseriusan para peserta dalam festival ini sangat terlihat dari langsungnya 39 sineas dari Bali maupun luar Bali  mendaftarkan keikutsertaannya begitu lomba ini diumumkan bulan Januari 2012 lalu.

Mereka mendaftarkan diri via internet baik melalui  surat elektronik ke alamat akun yang disiapkan panitia, juga melalui akun jejaring sosial (Face Book) yang juga disiapkan Panitia.

Namun, ketika batas waktu yang ditetapkan tiba, beberapa sineas terpaksa membatalkan kesertaannya karena berbagai sebab, antara lain karena materi film belum lengkap dan menyatakan akan menyertakan pada festival yang sama tahun depan. Rupanya, beberapa materi yang akan mereka angkat dalam film baru terjadi beberapa saat jelang penutupan pengumpulan karya. Sehingga mereka tak bisa mengejar tengat waktu tersebut.

Bowo Leksono, asal Purbalingga misanya sangat antusias mengikuti festival ini. “Kami mengirim karya ke FFDB karena kami anggap FFDB itu penting bagi perkembangan film dokumenter di Indonesia. Saya berharap karya-karya kami bisa masuk dalam sesi pemutaran karya agar karya tersebut dapat diapresiasi oleh masyarakat dunia yang ada di Bali.” (Komentar via FB http://www.facebook.com/bowol). Bowo Leksono adalah pegiat komunitas film dokumenter Purbalingga yang getol berupaya memajukan film dokumenter Indonesia di daerahnya.

Begitu juga Putu Satria Kusuma dari Singaraja sangat tertarik mengikuti hajatan festival ini. “Melihat komposisi jurinya. Saya memandang festival ini sebagai festival film dokumenter bertaraf nasional bahkan internasional. Jadi, karena itu saya memandang FFDB sebagai Festival film documenter yang penting untuk diikuti oleh para sineas Bali.”

Putu Satria adalah Sutradara Teater asal Banyuning, Buleleng yang kini serius menekuni dan memajukan film dokumenter  di Singaraja. Beberapa karya dokumenternya telah memanangi festival tingkat Bali dan nasional.

Sementara Andi Hutagalung dari Medan mengatakan, “Sederhana saja, aku hanya ingin menebar mimpi-mimpi anak-anak di kampung Sumatera Utara kepada publik, walaupun mereka sementara ini hanya bisa bermimpi. Aku juga ingin menguatkan eksistensi komunitas film di Medan untuk selalu peduli terhadap budaya lokal. Aku melihat semangat yang diusung FFDB bisa menguatkan semangat yang kami bangun dan terus kami pupuk.” Andi Hutagalung adalah pegiat film documenter di Medan, Sumatera Utara.

Dari 20 karya yang dikirimkan kepada Panitia FFDB, 10 karya berasal dari luar Bali. Karya-karya tersebut adalah sebagai berikut. Bali di Tanah Deli (Kami Production –  Medan, Sumatera Utara), Epic Java (Febian Nurrahman  Sakti Negara – Bandung, Jawa Barat), Sejarah Keroncong di Kampung Tugu (Gatot Kaca Production – Jakarta), Kamulyaning Malioboro (Ferdinand Parulian Silitonga – ISI Yogyakarta), Bali – Heaven on Earth (Ivander Aditya Tjandra – Surabaya, Jawa Timur), Permata di Tengah Danau (Andi Parulian Hutagalung – Medan, Sumatera Utara), Goresan Anak Gumelem (Bowo Leksono, GoldWater  Films – Purbalingga, Jawa Tengah), Leng Apa Jengger (La-Cimplung – Purbalingga, Jawa Tengah), Rantau (Annisa  Ratna Pertiwi – Bandung, Jawa Barat), Show Must Go On (Dyah Verakandhi, Trenggalek, Jawa Timur), dan Curah Hati Terdedikasi (Rachmadian Andika Putra –  Sleman, DIY)

Sedangkan karya-karya dari Bali adalah: Made Taro, Benteng Terakhir Permainan Tradisional Bali (Raturu Production – Denpasar), Satu hati di Antara dua Doa (Komunitas Film Buleleng, Singaraja), Pura Tanpa Daging Babi (Sanggar Siap Selem, Jeruk Mancingan Bangli), Burdah (Sunari Studio, Karangasem), Grebeg Aksara, Menuju Persahabatan Supra Dunia (Cinemalah, Denpasar), Hercules Dari Panti Asuhan (I GM Surya Sanjaya Putra, Tabanan), Puri Kini (SMK PGRI Amlapura, Karangasem), The Beauty of Colours as One (Dewa Ayu Tri Kusumawati – Klungkung), dan Subak Pancoran, Sinar Kecil di Kaki Bukit (Putu Satria Kusuma – Singaraja).

Slamet Rahardjo Djarot, Prof. Dr. I Made Bandem, Rio Helmy dan IGP Wiranegara. Dari penilaian tersebut para juri akan memilih lima nomine yang satu di antaranya akan dinobatkan sebagai Film Terbaik FFDB 2012. Para nomine akan memeroleh uang tunai sebesar Rp3,5 juta. Sementara karya terbaik akan mendapat trophy dan uang tunai sebesar Rp20 jut.

Seperti telah diberitakan sebelumnya, FFDB 2012 terdiri dari serangkaian acara yakni Workshop & Bincang Kreativitas yang dilaksanakan Di Aerowisata Sanur Beach Hotel, pada 16 Mei 2012. Saat itu hadir  IGP Wiranegara (Dosen Sinematografi dan Peraih Piala Citra FFI 2005) yang memberi materi “Teknik Penyuntingan dan Perancangan Opening Scene dalam Film Dokumenter”, juga  Marcella Zalianty (Aktris, Produser) dan Slamet Rahardjo Djarot (Aktor, Sutradara) yang keduanya tampil memberi materi  “Film Dokumenter, Dari Gagasan Hingga Eksekusi” dari dua perspektif yang berbeda. SUT-MB

 

Ralat Berita:

Karena beberapa pertimbangan Dewan Kurator dan Panitia memutuskan film “Epic Java” karya Febian Nurrahman Sakti Negara  (Bandung), masuk dalam Penilaian Dewan Juri.
 Maka film yang dinilai oleh Dewan Juri menjadi 11 yaitu:
1.       Bali – Heaven On Earth (Ivander Aditya Tjandra – Surabaya, Jawa Timur)
2.       Burdah (Sunari Studio, Karangasem)
3.       Goresan Anak-Anak Gumelem (Bowo Leksono, GoldWater  Films – Purbalingga, Jawa Tengah)
4.       Hercules Dari Panti Asuhan (I GM Surya Sanjaya Putra, Tabanan)
5.       Leng Apa Jengger (La-Cimplung – Purbalingga, Jawa Tengah)
6.       Made Taro, Benteng Terakhir Permainan Tradisional Bali (Raturu Production – Denpasar)
7.       Permata di Tengah Danau (Andi Parulian Hutagalung – Medan, Sumatera Utara)
8.       Pura Tanpa Daging Babi (Dwitra J. Ariana -Sanggar Siap Selem,Bangli)
9.       Satu Hati, di Antara Dua Doa (Gede Seen – Komunitas Film Buleleng, Singaraja)
10.    Subak Pancoran, Sinar Kecil Di Kaki Bukit (Putu Satria Kusuma – Singaraja)
11.     Epic Java
(Redaksi-Metrobali.com)