Denpasar (Metrobali.com)-

Yayasan Indonesia Horizon bekerja sama dengan Matemera Communication menggelar pameran foto kekayaan laut dengan tema “Angasraya: Arus Kebebasan dari Samudera” di Denpasar.

“Kegiatan yang sepenuhnya didukung Kementerian Kelahutan dan Perikanan RI sebagai upaya merespons pelaksanaan KTT APEC,” kata Prabhoto Satrio selaku direktur kegiatan tersebut di Denpasar, Selasa (8/10).

Pameran foto mengenai samudera itu berlangsung dalam waktu yang bersamaan di empat lokasi di Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar pada 20 Oktober mendatang.

“Namun kegiatan itu baru akan dibuka Rabu malam (9/10) di Danes Art Viranda Kota Denpasar. Tiga lokasi penyelenggaraan lainnya di areal publik di pinggiran Jalan Nusa Indah-Jalan Hayam Wuruk Denpasar, Maha Art, dan Bentara Budaya Bali di Gianyar,” ujarnya didampingi kurator pameran Oscar Motuloh dan Ray Bachtiar Dradjat.

Pameran yang menampilkan ratusan karya foto tentang samudera dari Sabang sampai Merauke didasarkan atas keinginan untuk membangkitkan kebersamaan emosional atas kekuatan Indonesia sebagai negara maritim.

Pameran tersebut bertujuan mengangkat potret peradaban kelautan Indonesia dan dunia pada umumnya.

Upaya itu diladasi dengan semangat keberagaman dan kesejajaran yang menjadi benang merah dalam setiap foto yang disajikan di empat lokasi dalam waktu yang bersamaan.

Oscar Motuloh yang juga direktur Eksekutif Galeri Foto Jurnalistik Antara mengatakan, fotografi sebagai wadah ekspresif dan mengemukakan pendapat bagi para fotografer memiliki kekuatan yang sangat hebat.

Ia mengibaratkan amunisi yang dipersiapkan demi menjaga referensi dan apresiasi pada kelautan untuk masa depan yang lebih baik.

“Upaya itu sekaligus untuk ditembakkan ke arah siapa pun berjiwa kerdil yang mengorbankan kelestarian samudra hanya sebagai objek komoditas semu,” ujarnya.

“Hal itu penting karena samudra adalah masa depan dunia, potensi milik generasi mendatang,” katanya menambahkan.

Sementara itu, Barbara Stauss kurator asal Berlin, Jerman, menilai, karya-karya foto jurnalistik yang dipamerkan dapat mencerminkan situasi terkini di berbagai negara di belahan dunia.

“Ada ambiguitas dalam segala sesuatu dan setiap orang, dan kawasan Pasifik berdiri sebagai metafora keberagaman dan kedinamisan hidup, perseorangan atau lebih,” ujarnya.

Ray Bachtiar Dradjat menegaskan bahwa fotografi mempunyai kekuatan untuk merekam sejarah maritim Nusantara. Citra relief-relief candi dan pura yang didokumentasikan memperlihatkan gambaran persaudaraan antarumat manusia.

“Gaung kesadaran bahwa umat manusia bersaudara juga terekam dalam kearifan budaya di Nusantara. Konsep Sedulur papat Lima Pancer, misalnya secara literer berarti ‘saudaraempat, lima di tengah�. Konsep ini menyatakan bahwa setiap manusia memiliki saudara di empat penjuru,” katanya. AN-MB