Denpasar (Metrobali.com)-

Sebagai jurnalis dan fotografer, Jawa Pos Radar Bali, I Nyoman Wija, yang akrab disapa Wija Bagus seakan memang tidak pernah mengenal lelah untuk selalu mengasah kecakapan dan kemampuan dirinya di bidang ilmu pengetahuan. Pasalnya, setelah menuntaskan studi S2-nya di Kajian Budaya Pascasarjana Unud Denpasar, belum lama ini, kini dia semakin meneguhkan kinerja dan semangat kreatifnya di dunia jurnalistik untuk terus berkarya tanpa henti. Hal ini dibuktikan dengan meluncurkan buku ilmiah populer perdananya berjudul Pesta Kesenian Bali, Pesta Media Massa dalam ajang pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-35 tahun ini.

Buku ilmiah populer setebal 300 halaman ini terdiri atas enam bab yang mengungkap tentang pergulatan berbagai aspek sosial terkait ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya dalam ajang Pesta Kesenian Bali dengan memakai analisis teori kajian budaya seperti teori hegemoni, teori diskursus kekuasaan/pengetahuan, dan framing, serta teori ekologi media melalui sudut pandang dunia jurnalistik secara kritis dan bernas, serta informatif. Sehingga diharapkan mampu menggugah ketertarikan khalayak publik untuk memahami nilai luhur seni dan budaya Bali dalam ajang Pesta Kesenian Bali.

Menariknya, buku ilmiah populer yang diberi pengantar oleh gubernur Bali, Made Mangku Pastika ini rupanya cukup mendapat apresiasi positif dari berbagai tokoh publik, yang disajikan dalam sambutannya. Di antaranya Anak Agung Ngurah Puspayoga selaku Wakil Gubernur Bali, Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra, anggota DPD RI–Bali Wayan Sudirta, Rektor Unud Denpasar Prof. Dr. I Made Bakta, dan Rektor ISI Denpasar Prof. Dr I Wayan Rai S,MA (kini, Direktur Pascasarjana ISI Denpasar).

Di samping itu, buku yang diterbitkan oleh Pusaka Larasan dengan penyunting Dr. I Gede Mudana, dosen Kajian Budaya Pascasarjana Unud Denpasar ini juga diapreasi oleh budayawan Prof. I Made Bandem, MA dan tokoh spiritualis lintas agama Anand Krishna.  Tak hanya itu, buku yang dicetak perdana sebanyak 2.000 buku dan diedarkan secara nasional ini juga diapresiasi oleh Direktur Jawa Pos Radar Bali Justin Maurits Herman.

Dalam kata pengantarnya, gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengakui menyambut gembira penerbitan buku ilmiah populer ini. Karena dapat menambah penulisan buku mengenai Bali sekaligus merupakan salah satu upaya pendokumentasian kekayaan budaya Bali sebagai bagian dari budaya penting bangsa Indonesia dan dunia.

Diharapkan, buku yang berisi ajakan kepada awak media massa dan manusia Bali untuk bekerja keras menghadapi masa depan ini mampu menggugah upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali dan mendorong makin meningkatnya partisipasi masyarakat Bali dalam pelestarian seni dan budaya bangsa sebagai bagian dari pembangunan manusia Bali yang seutuhnya. “Guna mewujudkan Bali yang Agung, Bali yang maju, aman, damai dan sejahtera, Bali Mandara,” ungkapnya.

 

Sementara itu, Dr. I Gede Mudana menegaskan bahwa kebudayaan bagi orang Bali adalah darah dan jiwa. Mereka menganggap kebudayaan adalah identitas, mungkin juga ideologi. Karenanya, membahas Pesta Kesenian Bali sebagai study of culture dalam kaitan dengan kajian media massa (media studies) dalam frame disiplin baru cultural studies sungguh membutuhkan energi yang luar biasa besar. “Syukurnya, Wija yang tampak ringkih justru begitu kuat melakukannya,” tegasnya, yang dibuktikan dalam buku populer ilmiah perdananya berjudul Pesta Kesenian Bali Pesta Media Massa ini tentunya.

Menurutnya, jangan lihat Wija dari tampang posmo-nya. Tapi lihatlah dia dari bukunya. Ya, semangat pemikirannya yang jujur, keberaniannya memberikan pandangan kritis, mimpi dan obsesinya tentang Pesta Kesenian Bali dan Media Massa bagi kehidupan seni-budaya serta masyarakat Bali.

Lebih jauh, Wija mengatakan bahwa karya buku ilmiah populer perdananya ini merupakan intisari dari penelitian tesis yang dilakukan saat menempuh studinya di Kajian Budaya Pascasarjana Unud Denpasar. Buku ini sebagai wujud dedikasi dan loyalitasnya dalam menjalankan fungsi pengendalian sosialnya menjadi seorang jurnalis dan fotografer Jawa Pos Radar Bali. Baginya, tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan. Seperti halnya proses dari penulisan buku ini yang penuh dengan gejolak dan pergulatan bathin yang sangat mendalam. “Intinya, segala bentuk cobaan dan godaan merupakan kunci utama untuk meraih sukses yang lebih baik dan menyejahterakan.,” tegasnya. RED-MB