Internally displaced Somali people stand in a queue waiting to be served with cooked food in Hodan district south of capital Mogadishu September 5, 2011. Famine has spread to six out of eight regions in southern Somalia, with 750,000 people facing imminent starvation, the United Nations said on Monday, and hundreds of people are dying each day despite a ramping up of aid relief.  REUTERS/Feisal Omar (SOMALIA - Tags: DISASTER ENVIRONMENT SOCIETY POVERTY FOOD)

Para pengungsi mengantre pembagian makanan dari sebuah dapur umum di wilayah Hoda, selatyan Ibukota Somalia, Mogadishu. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

 

Mogadishu (Metrobali.com) –

 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin (27/2), mengatakan organisasi tersebut memerlukan 10 juta dolar AS untuk membantu menyediakan layanan kesehatan penting untuk 1,5 juta orang Somalia yang saat ini terpengaruh kemarau parah dan krisis pangan.

WHO menyatakan dana itu, yang merupakan bagian dari permintaan PBB untuk enam bulan pertama 2017, akan memungkinkan badan PBB tersebut menyediakan pasokan medis buat instalasi kesehatan di daerah yang terpengaruh kekeringan.

“Somalia sekarang berada pada tahap genting akibat kemarau ini dan bahaya lingkungan hidup dan kekurangan layanan dasar,” kata Direktur Regional WHO untuk Bagian Timur Laut Tengah Mahmoud Fikri di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan di Mogadishu.

Kondisi kemanusiaan di Somalia bertambah buruk, dan ada risiko tinggi negeri tersebut menghadapi kelaparan ketiga dalam 25 tahun.

Lebih dari 6,2 juta orang –separuh dari jumlah seluruh warga– sangat memerlukan bantuan kemanusiaan, demikian laporan Xinhua. Jumlah itu meliputi hampir tiga juta orang yang menghadapi krisis keamanan pangan.

Hampir 5,5 juta orang terancam terserang penyakit yang ditularkan oleh air, lebih separuh dari mereka adalah perempuan dan anak-anak yang berusia di bawah lima tahun.

Fikri mengatakan kurang separuh dari penduduk Somalia memiliki akses ke layanan kesehatan dasar, dan WHO menyediakan semua dukungan yang mungkin guna menangani tantangan yang ada dan mengurangi konsekuensi buruk kemarau serta pra-kelaparan.

Kemarau akut di banyak bagian Somalai telah mengurangi ketersediaan sumber air bersih, dan krisis pangan telah memicu kekurangan gizi. Sumber : Antara