Foto: Webinar “Achieving Sustainable and Regenerative Development Goals” yang digelar Dwijendra University, Rabu, 17 Juni 2020.

Denpasar (Metrobali.com)-

Dwijendra University menggelar International Webinar “Achieving Sustainable and Regenerative Development Goals” pada Rabu, 17 Juni 2020.

Webinar menghadirkan narasumber yakni Rektor Dwijendra University Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., M.M.A., lalu peneliti dari Nagoya University Jepang Naori Miyazawa, Ph.D.

Kemudian Hai Dai Nguyen (Vietnam/USA) Director of Wow Bali dan Asst.Prof.Dr. Irina Safitri Zen (Kuliyah Architecture & Environmental Design, Deputy Director Sejahtera Center for Sustainability & Humanity, International Islamic University Malaysia.

Webinar dipandu Wakil Rektor 1 (WR1) Dwijendra University Dr. I Ketut Suar Adnyana, S. S., M.Hum.,selaku moderator.

Rektor Dwijendra University Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., M.M.A.,membawakan materi Tri Hita Karana: Local Wisdom And Agricultural Development.

Ia memapaparkan dalam sistem pertanian di Bali dikenal adanya subak yang juga merupakan bagian kearifan lokal Bali. Subak adalah komunitas pengguna air atau petani yang mengelola irigasi dan sistem pertanian.

Subak adalah sistem irigasi tradisional yang dikelola petani yang memiliki sifat sosio-agraria-keagamaan. Sebagai sebuah sistem, subak memililki batas hidrologis, pura, sistem otonomi, dan aturan tertentu.

Subak juga erat kaitannya dengan Tri Hita Karana, filosofi hidup masyarakat Bali yang menekankan pada terciptanya hubungan harmonis antara manusia dengan sang pencipta atau Tuhan (Parahyangan), hubungan harmonis manusia dengan manusia (Pawongan) dan hubungan harmonis manusia dengan alam (Palemahan).

Lebih lanjut disampaikan pencapaian pengentasan kemiskinan sebagai salah satu SDGs salah satunya dapat dicapai dengan peningkatan kesejahteraan petani.

Dr. Sedana mengungkapkan meningkatkan kesejahteraan petani harus melalui upaya untuk mendorong partisipasi mereka dan didasarkan pada kearifan lokal serta meningkatkan sosial-ekonomi mereka dengan meningkatkan akses terhadap teknologi, modal dan pasar.

“Oleh karena itu, pertanian harus dikembangkan dalam sistem agribisnis pertanian berdasarkan sistem budaya, organisasi dan manajemen yang sangat rasional dan dirancang untuk memperoleh nilai tambah yang dapat disebarkan dan dinikmati oleh semua pelaku ekonomi secara adil, mulai dari petani produsen, pedagang dan konsumen,” papar Dr. Sedana.

Peneliti dari Nagoya University Jepang Naori Miyazawa, Ph.D., dalam paparannya menyampaikan materi Agricultural Development After Covid-19 In Bali: Some Experiences From Japan.

Ia menyampaikan stategi untuk pembangunan berkelanjutan di Bali pasca pandemi Covid-19. Menurutnya ada beberapa upaya atau strategi yang perlu dilakukan.

Pertama, mengaktifkan ekonomi melalui pertanian. Kedua, menyeimbangkan antara lingkungan dan pembangunan. Ketiga, perlu dikembangkan berbagai produk strategis dengan brand (merek) Bali.

Keempat, New Normal (Normal Baru) dalam pariwisata harus berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal, misalnya dengan mengembangkan agritourism atau agrowisata. Kelima, mengembangkan produk pertanian bernilai tambah dan berorientasi ekspor seperti beras organik. (wid)