Foto: Tokoh masyarakat Desa Sidakarya I Wayan Rena, S.E., yang juga calon Perbekel Desa Sidakarya.

Denpasar (Metrobali.com)-

Desa Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar siap menyongsong Pemilihan Perbekel Serentak Kota Denpasar pada 27 Oktober 2019 mendatang.

Upaya melestarikan kearifan lokal di tengah modernitas dan heterogenitas serta kompleksitas permasalahan desa di tengah kota ini menjadi salah satu perhatian serius.

“Saya ingin mengabdikan diri saya untuk
terwujudnya Sidakarya ‘BERSEMI’, Berbudaya, Sejahtera, Maju, dan Inovatif,” kata tokoh masyarakat Desa Sidakarya I Wayan Rena, S.E., yang juga calon Perbekel Desa Sidakarya Periode 2019-2025, saat ditemui di kediamannya, Kamis (12/9/2019).

Seperti diketahui Desa Sidakarya memiliki akar budaya yang kokoh dipertahankan warganya dan juga sudah dikenal luas di Bali. Salah satunya tarian yang sangat sakral dan disucikan masyarakatnya termasuk juga di seluruh Bali yakni Topeng Sidakarya yang berada di Pura Mutering Jagat Dalem Sidakarya.

Topeng Dalem Sidakarya yang keramat dan berumur ratusan tahun ada di Pura yang merupakan penyungsungan jagat. Tentunya, dengan nilai-nilai sosial budaya yang masih kuat dipegang dan dilakukan, maka Desa Sidakarya mampu membangun dan menumbuhkembangkan potensi budayanya yang berbasis kearifan lokal.

“Kita tidak boleh lepas dan tercerabut dari nilai-nilai akar budaya dan kearifan lokal ini. Identitas budaya ini harus terus kita lestarikan dan kembangkan mulai dari banjar-banjar dan desa-desa di Kota Denpasar,” kata pria yang memang aktif dalam berbagai kegiatan pelestarian seni dan budaya di Desa Sidakarya ini.

Pria berjiwa sosial tinggi yang aktif di berbagai kegiatan sosial di desa ini memang telah sejak lama menunjukkan loyalitasnya terhadap pelestarian seni yang berbasis kearifan lokal.

Misalnya pria yang pernah mengabdikan diri sebagai Kepala Dusun Graha Santi Desa Sidakarya periode 2004-2014 ini mendirikan Sanggar Seni Citta Kelangen Denpasar.

Lewat sanggar ini ia membina generasi muda untuk mencinta dan menguasai aktivitas seni budaya Bali seperti gong semara pagulingan, gender wayang, rindik, dan baleganjur.

Atas kegigihan dan totalitasnya mengembangkan seni budaya di Desa Sidakarya dengan spirit melayani, Rena menerima beragam penghargaan seperti penghargaan seni Pemerintah Kota Denpasar tahun 2001 dan 2003.

Ia juga meraih penghargaan dari Walikota Denpasar sebagai Tenaga Pelaksana Pembauran Banjar tahun 2005. Ia juga mendapatkan penghargaan saat ikut berkontribusi menyukseskan pertemuan tahunan IMF-WB tahun 2018 silam.

“Saya punya program kerja dengan pembangunan dan pengadaan sarana prasarana penunjang kegiatan kebudayaan dan pendidikan masyarakat bekerjasama dengan Desa Adat Sidakarya dan kelompok-kelompok seni yang ada disini,” ujarnya mantap.

Komitmen pria yang juga tercatat meraih berbagai penghargaan di sektor pariwisata ini untuk ikut membangun dan memajukan Desa Sidakarya di berbagai sektor semakin besar.

Baginya, tidak sulit untuk menuju kearah kesejahteraan bagi Desa Sidakarya kalau semua elemen dan komponen bersatu padu, bekerjasama, gotong royong, dan punya komitmen untuk bersama-sama membangun Desa Sidakarya. Hal ini demi terwujudnya Sidakarya “BERSEMI” yaitu Berbudaya, Sejahtera, Maju, dan Inovatif.

“Saya siap melayani warga seluruhnya dengan baik, cepat, tuntas,” kata pria yang dikenal sangat dekat dengan warganya ini.

Rena punya misi dan komitmen untuk melanjutkan program-program yang telah dilaksanakan sebagaimana yang tercantum dalam dokumen RPJM Desa Sidakarya.

Ia juga siap menciptakan kondisi masyarakat yang tertib dan rukun dalam kehidupan bermasyarakat dengan berpegang teguh pada prinsip duduk sama rendah berdiri sama tinggi.

“Menjadi komitmen saya untuk ngayah dengan tulus dan selurus-lurusnya bagi tanah kelahiran saya Desa Sidakarya,” tegas Rena.

Hal lain juga yang menjadi prioritas adalah optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan desa meliputi penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dan bisa dipertanggungjawabkan, pelayanan prima untuk masyarakat Desa Sidakarya (cepat, tepat dan benar).

“Pelayanan di Desa tidak boleh lagi berbelit-belit dan menyusahkan warga. Semuanya harus dibuat mudah, cepat, tepat dan benar. Salah satunya dengan sentuhan teknologi dan yang terpenting dengan sentuhan hati,” ujarnya.

“Jadinya kombinasi high tech (teknologi) dan high touch (pelayanan yang tulus) di Desa Sidakarya akan juga menjadi fokus saya,” tutup Rena yang juga pengurus LPM Bidang Olahraga dan Kepemudaan Desa Sidakarya ini. (wid)