Singaraja (Metrobali.com)-

Bergantinya cuaca dari musim panas ke musim hujan, atau
yang lebih sering dikenal dengan sebutan pancaroba, membawa
kekhawatiran tersendiri di tengah-tengah masyarakat. Untuk
mengantisipasi adanya ledakan kasus Demam Berdarah Dangue (DBD) di
wilayah endimis, Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, terus melakukan
pengawasan di 23 wilayah yang selama ini dianggap paling rawan
merebaknya jentik-jentik nyamuk mematikan ini.
Bahkan tak hanya mengawasi, Dinas Kesehatan pun berupaya memutus mata
rantai penularannya dengan membunuh nyamuk penular DBD yakni Aedes
Aegypti dewasa dengan terus melakukan penyemprotan dengan menggunakan
sistem ultra low volume (ULV) atau pemberantasan jentik nyamuk dengan
metode pengembunan.
“Bulan-bulan ini (Januari) hingga Februari mendatang memang menjadi
siklus tahunan berkembangbiaknya jentik-jentik nyamuk. Makanya, kita
telah melakukan langkah-langkah pencegahan. Salah satunya, dengan
melakukan fogging dan ULV di beberapa titik yang ditengarai menjadi
sarang berkembangbiaknya nyamuk,” ujar Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Buleleng, dr. Ni Made Sukarmini, saat dikomfirmasi Senin
(23/1) kemarin.
Dijelaskannya, 23 wilayah kini sedang diawasi oleh Dinas Kesehatan
antara lain Banjar Tegal, Banyuasri, Kaliuntu, Kampung Anyar, Kampung
Bugis, Kampung Kajanan, Kampung baru, Banjar Bali, Banjar Jawa,
Astina, Kendran, Kampung Singaraja, Leligundi, Paket Agung, Beratan,
Banyuning, Penarukan, Baktiseraga, Pemaron, Kalibukbuk, Seririt,
Bubunan, dan Pengastulan. Meski beberapa lokasi tersebut menjadi
prioritas penanganan, namun bukan berarti daerah lain dibiarkan begitu
saja. “Daerah lainnya tetap dipantau oleh petugas dilapangan.
Sewaktu-waktu ada kasus demam berdarah (DBD), petugas sudah siap
mengantisipanya,” terang dr Sukarmini.
Menurutnya, ada dua langkah yang saat ini sedang dilakukan oleh
petugas Dinas Kesehatan di lapangan yakni melakukan pemberantasan
jentik-jentik nyamuk dengan cara ULV (pemberantasan jentik nyamuk
dengan metode pengembunan). Sistem ULV hanya dilakukan saat wabah
demam berdarah telah merebak, namun belum menular kepada manusia.
Selain itu, langkah lainnnya adalah upaya fogging atau penyemprotan
dengan menggunakan solar dan insektisida. Fogging sendiri dilakukan
apabila suatu daerah tertentu telah dinyatakan positif merebak dan
menular ke manusia.
“Tentu upaya-upaya itu tidaklah cukup. Perlunya sokongan dari seluruh
masyarakat dengan melakukan pemberantasan sarung nyamuk (PSN) di
lingkungan tepat tinggalnya masing-masing jauh lebih efektif ketimbang
fogging dan ULV. Kebersihan lingkungan itu lebih utama, sehingga
jentik-jentik nyamuk tidak sempat berkembang biak,” aku dr Sukarmini.
EMHA-MB