Warga Sengkidu Tutup Jalan ke Hotel : Tuntut Berdayakan Tenaga Lokal
Dari pantauan Metrobali.com di lapangan, warga memblokir jalan menuju hotel dengan mempergunakan bambu dan meja yang ditaruh di tengah jalan. Akibatnya, kendaran yang akan masuk maupun keluar pun harus mencari jalur alternatif.
Untuk meredam warga, pihak Kepolisian Polsek Manggis dan kepala desa Sengkidu, melakukan mediasi dengan kedua belah pihak yakni antara pihak manajemen hotel dan warga untuk berdialog di lantai dua kantor kepala desa Sengkidu. Perwakilan warga mempertanyakan soal kesepakatan awal antara pihak hotel dengan pihak desa adat, di mana dalam kesepakatan itu porsi 40 persen tenaga kerja di hotel tersebut direkrut dari warga desa setempat
”Penutupan jalan menuju hotel karena masalah tenaga kerja lokal yang tidak diserap oleh manajemen Hotel, sehingga warga yang kecewa melakukan penutupan jalan. Sebelumnya, dari informasi yang disampaikan oleh Kepala Desa, pihak Hotel akan memberdayakan 40 persen tenaga lokal,”ujar I Ketut Surita salah seorang warga Sengkidu.
Seusai mediasi, salah seorang tokoh masyarakat Sengkidu I Wayan Sunarta mengatakan, pihaknya memang sudah melakukan mediasi dengan pihak hotel dimana perhomonan untuk mempergunakan 40 persen tenaga lokal juga sudah disanggupi oleh pihak Hotel. Tetapi tetap mengacu pada keahlian masing – masing.
”Tadi kami sudah melakukan mediasi dengan hotel, dan manajeman hotel sudah mengakomodir keinginan warga untuk mempergunakan 40 persen tenaga lokal ,tetapi yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki,”ujar Sunarta yang juga merupakan anggota DPRD Karangasem.
Penutupan akses jalan menuju ke hotel Candi Beach Cottage juga sempat dilakukan kemarin petang. Namun saat itu pertemuan antara pihak manajemen hotel dengan warga tidak membuahkan hasil sehingga tadi siang pukul 14.00 WITA, warga kembali menutup akses jalan tersebut. RED-MB
8 Komentar
hemmmmmm….!!! Candidasa sebuah tempat yg penuh dg intrik persaingan bisinis dn kepentingan pribadi….! dimana mrk hanyalah kebanyakan orang yg pemikirannya denkul.
Sah2 saja menuntut seperti itu,,,,karena ada didaerahnya dan juga harus merasakan dampak dari perkembangan pariwisata itu…..
Cuman sebelum menuntut….tanya diri kita apa kemampuan kita dulu…dibidang mana….? janganlah orng lokal hanya jadi tukan sapu saja…….? Saya rasa nuntut hanya sekedar bekerja dan bekerja pun pasti setengah hati
Kesepakatan harus disepakati, tp tetap mengacu pada profesionalisme. Kalo orang lokal ga bisa terpaksa impor… makanya orang lokal cuman dapet jd gardener. tp ga apalah yg penting local poeple empowered by hotel
Dewasa ini sebenarnya mencari kerja sangat gampang, yg penting kita sudah dibekali dengan keterampilan.. makanya waktu sekolah di SMA/SMK gunakanlah waktu itu dengan sebaik mungkin, jangan hura-hura dan membolos.. pasti kalau keterampilan kita punya pihak Hotel tidak segan menerima kita dan dengan gaji yg masuk akal…
porsi 40% itu dari bagian atau divisi apa saja? itu pertanyaannya.
Kalau mereka atau pihak hotel meminta :
10 org gardener
10 org waiter
2 bartender
8 romm divisi
8 driver
dan lainya, apakah warga desa punya SDM profesional untuk itu?
Ataukah meminta 40% itu dari waiter saja , karena kebanyakan bisanya di bag waiter???
Hal seperti ini perlu juga dicermati agar bisa Win-Win solution.
Semoga Bali selalu Damai.
gak beda sama rampok, preman lokal maunya enak doang
I Wayan Sunarta wiil not bring a solution.
He is a politikus and just want to see money, autosafari is not enough
he wants more and more.
That people a member of parlament -hahahaha
Semestinya semua pihak harap melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, sama2 menyadari bahwa pengusaha memperhatikan dan turut andil pada lingkungan dimana ia mencari rejeki, dimana tanah dipijak disitu langit dijunjung, begitu pula penduduk lokal untuk menghindari cara emosi, lakukan komunikasi kepada pemimpin desa tersebut. Para pemimpin desa tersebut harus mencarikan solusi dan meningkatkan SDM setempat.