Klungkung ( Metrobali.com )
Tiga warga miskin dan terlentar di Klungkung Minggu ( 9/12 ) mendapat kunjungan dari komunitas Taman Hati, Denpasar dengan memberi bantua sembako. Sebagai ketua Taman Hati, I Made Olan Santosa bersama beberapa teman teman melakukan kunjungan langsung kewarga yang kurang mampu. Adapun kunjung pertama dilakukan di Dusun Sedayu ke rumah nenek Mengkeg 80 yang hidup miskin dan menjanda. Yang bersangkutan juga tinggal di gubuk reot dan tidak layak huni. Sementara tempat gebuk yang berdiri tersebut juga numpang dengan cucunya yang sekarang ini menjadi Pemangku Pura Dalam setempat. Sedangkan tanah yang ditempati tersebut adalkah tanah ayahan Desa.

Dari sana rombongan mengunjungi rumah dadong Monong (80 tahun) di Dusun Losan, Banjarangkan, Klungkung. Kondisi wanita renta ini sungguh meprihatinkan. Rumah yang ditempati sudah tidak layak huni sekalipun terbuat dari tembok namun temboknya sudah banyak yang jebol. Parahnya lagi kondisinya juga sakit karena mengalami borok pada kaki kananya. Dia juga tinggal sendirian tanpa sanak famili.

Dari sana kemudian rombongan mampir ke rumah nenek Nyoman Seneg (75 tahun) di Dusun Jumpai. Nenek ini juga tinggal di rumah bedeng dekat pantai Jumpai yang merupakan tanah Desa. Kondisi rumahnya juga sangat memprihatinkan. Menurut Seneg awalnya dia sempat menikah ke Banjarangkan. Namun sejak suaminya meninggal dunia dia kembali ke rumah bajangnya di Jumpai. Di rumah bedeng ini dia hidup seorang diri karena tiga anak perempuanya sudah menikah semua. Untuk memenuhi kehidupan sehari harinya nanek Seneg mengaku bekerja sendiri. Diantaranya memelihara sapi, ayam dan babi.

Sementara itu menurut Olan Santosa, kemunitas taman hati sendiri awalnya sebuah komunitas soasial di facebook. Namun belakangan ini banyak bergerak untuk memberikan bantuan untuk warga miskin di Bali. Bahkan hampir sebagian kebupatan di Bali sudah di jamahnya termasuk di Denpasar, Gianyar, Klungkung, Bangli dan Karangasem. Malah di Pesaban tepatnya di dekat Bukit Jambul Wayan Nera sudah ditetapkan sebagai penerima bantuan tetap komunitas tersebut.

Di rumah ini menurut Olan ada tujuh orang. Dimana orang tuanya dalam kondisi buta, sementara ibunya mengalami gangguan jiwa. Sementara beberapa anakanya juga mengalami gangguan jiwa sedangkan beberapa anaknya normal namun tidak mampu sekolah. Keluarga ini menurut Olan dijadwalkan menerima bantuan rutin setiap bulan dari komunitas tersebut. Untuk diketahui komunitas ini terbantuk 30 Mei 2012. Selain bentuan ke warga tidak mampu berupa sembako juga ada bantuan rehab rumah. Hanya saja bantuan rehab karena dananya besar harus mengandeng pihak lain.

Kedepanya komunitas ini akan bergerak dalam sector pendidikan. “Sekarang sedang membuat program mengumpulkan koin untuk SPP warga tidak mampu,” ujarnya. Sementara untuk donator dia mengaku ada. Hanya saja tidak donator tetap dan sifatnya spontanitas. SUS-MB