Candra dalam pertemuan di Banjar Pulagan, Kutampi Atas, Nusa Penida, SeninCandra dan rombongan menerobos gerimis menuju Banjar Pulagan, Minggu

Klungkung (Metrobali.com)-

Warga Nusa Penida selama ini merasa kurang diperhatikan oleh pemerintah pusat. Sehingga laju pembangunan di Nusa Penida seringkali terkendala karena kurangnya PAD (Pendapatan Asli Daerah) Klungkung. Selama ini, PAD Klungkung masih kurang untuk menggenjot berbagai proyek fisik di Nusa Penida. Karenanya, jika tidak ada perhatian dari pemerintah pusat, Nusa Penida akan terus tertatih-tatih.

 Pemaparan itu terungkap saat Wayan Candra menggelar simakrama di sejumlah tempat di Nusa Penida selama dua hari, Minggu – Senin (12-13/1) kemarin. Di tengah guyuran hujan, mantan bupati Klungkung dua periode itu, menyerap aspirasi dari pelosok-pelosok Nusa Penida. Dalam kesempatan itu, warga meminta Candra untuk terus memperjuangkan kepentingan pulau ini di tingkat pusat.

 Warga sudah tidak asing lagi dengan sosok Candra yang telah dua periode memimpin Klungkung. Karenanya, warga yakin Candra sudah paham permasalahan Klungkung, sehingga lebih gampang untuk memperjuangkan di pusat.

 “Sekarang saya sudah selesai menjabat sebagai bupati tetapi pengabdian saya belum berakhir,” kata Candra, Senin (13/1) dalam pertemuan yang berlangsung penuh keakraban tersebut.

 Beberapa lokasi yang dikunjungi Candra di antaranya Banjar Jurang Aya dan Pulagan di Desa Kutampi Atas, Banjar Limo di Desa Limo, Banjar Tengaksa di Desa Klumpu, Banjar Saren 2 Desa Batumadeg, dan bertemu dengan Kelompok Peternak Babi Kembang Sujati. Candra didampingi tokoh PDIP Nusa Penida, I Wayan Misna.

 Candra mengatakan, saat ini dirinya ditugaskan oleh PDIP untuk menjadi calon legistatif di DPR RI. Penugasan ini merupakan kesempatan bagi warga Klungkung untuk menempatkan wakilnya di DPR. “Sejak jaman Orde Baru sampai saat ini, belum ada putra daerah Klungkung yang pernah menjadi wakil Bali di DPR RI,” ujar Candra. Dengan adanya perwakilan di DPR RI, tentu saja akan lebih mudah mensinergikan pembangunan di wilayah Klungkung dan Bali dengan pemerintah pusat.

 Dalam kesempatan itu, warga berharap tidak ada keterputusan komunikasi dengan Candra meski nanti berada di Jakarta. Mereka juga berterima kasih atas bantuan dan perjuangan yang sudah diberikan selama ini. “Kami sudah merasakan perhatian itu. Semoga bisa terus berkomunikasi hingga di DPR RI,” kata Putu Bawa, salah satu warga.

 Sementara Ketua Kelompok Peternak Kembang Sujati, Wayan Jata menyebut, mereka masih berusaha untuk terus mengembangkan kelompoknya agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Untuk itu dibutuhkan program pembinaan dan berbagai bantuan. Dia berharap, dengan adanya perwakilan di DPRD Klungkung, DPRD Bali dan DPR RI maka masyarakat akan dapat mengetahui program dan bantuan pemerintah yang ada dan bisa memanfaatkannya.

 Menjawab harapan itu, Candra menegaskan, dirinya selalu terbuka untuk berkomunikasi. “Buktinya, sudah 20 tahun, handphone saya tak pernah berganti nomor,” ujar Caleg DPR RI nomor 7 dari PDIP Bali ini.

 Dia juga selalu menyimpan nomor tokoh-tokoh masyarakat yang biasanya mewakili warga untuk berhubungan dengannya. Selain itu, dia juga selalu bekerja bersama-sama dengan tokoh lokal di DPRD Klungkung dan DPRD Bali sehingga aspirasi masyarkat dapat terjembatani.   

 Selain bertemu dengan kelompok masyarakat, Candra juga bertemu dengan tokoh sepuh PDIP dari Desa Ped, Wayan Pedoman. Ia adalah tokoh yang pada tahun 1995 berani menerima kehadiran Megawati Soekarnoputri saat masih dalam kungkungan pemerintahan Orde Baru. “Ibu Mega pernah menginap di rumahnya meskipun berada dalam pengawasan ketat aparat, keberaniannya layak diteladani oleh kader partai,” ujar Candra yang sempat berbincang akrab dengan Pedoman.  RED-MB