Jembrana (Metrobali.com)-

Aksi sejumlah pengawen sudah dianggap nyeleneh oleh sejumlah warga di Yehembang Kauh, Mendoyo. Pasalnya untuk memudahkan masuk hutan di hutan, jalan setapak menuju hutan di hutan Yehembang dirambat oleh sejumlah pengawen. Aksi tersebut sebenarnya ditentang oleh sejumlah warga setempat, namun lantaran takut mereka memilih diam.

Informasi dari warga setempat, Kamis (3/10) pinggiran hutan yang berbatasan dengan lahan milik warga, oleh klompok pengawen sudah ditanami pohon pisang. Bahkan jalan pintas yang menghubungkan bangsal Gianyar dan bangsal Gulingan di Banjar Yehbuah itu sudah berubah menjadi kebun. Padahal kawasan itu masuk kawasan hutan.

Dengan alasan untuk mempermudah membawa hasil bumi dan ketempat persenbahyangan, karena didalam hutan itu juga terdapat pura yang oleh warga setempat disebut Batur Kencana, klompok pengawen lalu merabat jalan setapak itu. “Kami sebenarnya tidak setuju jalan itu dirambat, tapi kami takut bicara. Petugas sebenarnya juga sudah tahu, mereka juga membiarkannya” ujar warga setempat.

Dikatakannya jalan yang dirambat itu sebenarnya kawasan hutan, karena lewat dari batas desa. Apalagi saat merambat pohon-pohon ditebang. Yang dirambat diakuinya tidak semua, tapi hanya ditanjakan saja. Diperkirakan jalan setapak itu mencapai 7 kilometer lebih masuk hutan.

Kepala KPH Bali Barat, Nyoman Serakat mengatakan siapapun sebenarnya tidak boleh masuk hutan, apalagi untuk mengkapling hutan. Mengatasi klompok pengawen masuk hutan, pihaknya mengaku tidak bisa berbuat banyak. Apalagi untuk menindak para pengawen.  “Kami pernah ditawari anggaran untuk membeli senjata oleh dewan, tapi kami tidak mau. Kami melihat dampaknya, karena kami tidak ingin sampai berdarah-darah” ujarnya. MT-MB