JKBM1

Denpasar (Metrobali.com)-

Seorang warga bernama I Wayan Budiyasa mengeluhkan hambatan dari aparat Desa Sumerta Kaja, Denpasar, yang merasa dipersulit untuk mendapat layanan akses Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) saat anaknya mengalami diare berkepanjangan.

“Data kami bahkan dibilang hilang dan tidak ada di desa oleh kepala desa, padahal saya masih mempunyai kartu kepala keluarga (KK), KTP yang masih berlaku dan juga kartu JKBM. Tetapi memang data anak saya yang sakit ini tidak ada di KK,” katanya saat menyampaikan keluhannya di kantor Gubernur Bali di Denpasar, Rabu (2/4).

Budiyasa menuturkan anak keduanya bernama Kadek Muliadi (3) sejak Februari 2014 menderita luka di alat kelaminnya dan diare berkepanjangan serta sudah berulangkali dibawa ke puskesmas, namun obatnya tidak mempan.

“Saya takut jika dipaksakan dibawa ke rumah sakit nanti akan dikenakan biaya yang tinggi, sedangkan saya hanya sebagai buruh dan istri saya saat ini sedang hamil anak keempat,” ujarnya.

Pria berusia 26 tahun itu tersebut merasa dipersulit dalam persoalan administrasi semenjak dia dan keluarganya pindah kos dari Jalan Kenyeri Gang Merak No 12 Denpasar ke Jalan Cekomaria, Denpasar sejak 2011.

“Data saya dikatakan hilang, padahal setelah saya pindah ke Cekomaria empat bulan lalu tetap dimintakan uang iuran dari Banjar (Dusun) Sima tempat saya tinggal dulu. Saya ingin memasukkan data anak saya ke KK supaya bisa ditanggung JKBM, namun oleh Kepala Desa Sumerta Kaja dikatakan data saya sudah hilang sehingga tidak dimasukkan,” ucapnya.

Padahal ia masih memegang KK asli bernomor 5171022007070327 yang ditandatangani oleh Kepala Desa Sumerta Kaja Wayan Purna dan anaknya yang sakit juga sudah memiliki akta kelahiran.

“Saya bingung, harus bagaimana mengobatkan anak saya, sedangkan penghasilan saya pas-pasan. Di sisi lain administrasi saya dipersulit,” ucapnya.

Menanggapi persoalan itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya bersedia menjadi penjamin bagi putra dari I Wayan Budiyasa untuk menjalani perawatan di RSUD Wangaya.

“Saya sudah koordinasi dengan pihak RSUD Wangaya untuk bisa ditangani apa pun penyakitnya. Apa pun alasannya, tentu tidak boleh menelantarkan pasien dan tidak boleh menolak pasien,” ujarnya.

Suarjaya sudah menelepon Direktur RSUD Wangaya dan pihak rumah sakit sudah bersedia menerima pasien tersebut. Budiyasa pun akhirnya langsung membawa anaknya berobat ke RSUD Wangaya. AN-MB