Jembrana (Metrobali.com)-
 Proyek senderan sungai yang dikerjakan oleh pihak Balai Wilayah Bali Penida diminta warga Yehembang Kauh, Mendoyo, agar dilanjutkan hingga sebelah timur Setra dan dibagian utara sungai Yehembang Kauh. Mengapa demikian, pasalnya warga kuatir jika setra dan di sebelah utara sungai tidak disender akan mudah terjadinya abrasi. Sedangkan senderan yang dikerjakan sekarang hanya disebelah selatan sungai yang panjangnya tidak lebih dari 200 meter.
 Dikatakan seorang warga jika sungai tersebut sering terjadi banjir bandang jika musim hujan tiba. Tidak hanya itu saja warga juga meminta kepada pihak Balai agar sungai tersebut diperluas. “ Dulu luas sungai mencapai 20 meter, namun sampai saat ini sebagian sungai telah mati dan menjadi tanah timbul sehingga warga memanfaatkannya dengan ditanami pisang serta rumput gajah,” jelas Nengah Wiranata salah seorang warga setempat.
Proyek senderan sungai yang sudah dikerjakan saat ini memang sudah baik, namun perlu ditambah lagi terutama di bagian utara sungai, lantaran di utara sungai banyak kebun milik warga yang terancam abrasi jika musim penghuan sudah tiba. Selain itu yang sangat diutamakan pengerjaan yakni di sebelah timur Setra Yehembang Kauh, karena jika di tempat tersebut tidak segera di sender dikuatirkan dalam kurun waktu kurang dari lima tahun Setra tersebut akan tergerus air. “ Kalau terjadi banjir, hantaman air sangat deras ke tanah Setra karena sungainya menikung. Jadi disini harus disender juga agar Setra aman,” jelas warga lainnya.
Direktur Tehnis Balai  Wilayah Sungai  Bali Penida, Nengah Riasa ketika di konfirmasi beberapa waktu lalu saat melakukan inpeksi ke projek senderan sungai Yehembang Kauh akhirnya menjawab usulan warga dan pihaknya akan  mengkaji dan mempertimbangkan usulan warga tersebut secepatnya. Namun disisi lain warga Yehembang justru meminta pihak pemerintah daerah segera membangun jembatan di atas Sungai Yehembang. Jembatan yang dimaksudkan nanti adalah akan menghubungkan jalan rambat yang terletak di Banjar Bale Agung menuju SMP Negeri 3 Mendoyo.
Pasalnya menurut warga selama ini ratusan siswa sekolah tersebut yang kebanyakan berasal dari Banjar Bale Agung, Banjar Wali, maupun Banjar Kaleran, Desa Yehembang. Siswa tersebut jika hendak menuju sekolah harus menempuh jarak yang jauh karena memutar. Mereka harus melalui jalan raya Denpasar -Gilimanuk  yang rawan kecelakaan.
“Di sebelah Timur SMP N 3 Mendoyo tersebut seharusnya dibangun jembatan meskipun itu jembatan kecil, para siswa tidak perlu lagi ke sekolah menempuh jarak yang jauh,” jelas Dewa Kade Murtika salah seorang warga Yehembang yang juga sebagai orang tua siswa. Dikatakannya jika keinginan warga agar dilokasi tersebut dibangun jembatan sudah sejak lama, namun hingga kini masih belum mendapat tanggapan. DEW-MB