Sudikerta memeluk seorang warga saat blusukan ke beberapa titik di Kabupaten Badung, Senin (9/4/2018).

Badung (Metrobali.com)-

Calon Wakil Gubernur Bali nomor urut 2 I Ketut Sudikerta melakukan blusukan ke beberapa titik di Kabupaten Badung, Senin (9/4/2018). Di semua titik, baik di pasar maupun di tengah tokoh dan masyarakat desa, mantan Wakil Bupati Badung itu disambut hangat. Warga juga tak lupa jasa-jasa Sudikerta dalam membangun Badung dan mereka seperti bernostalgia pemimpin yang ramah dan murah senyum itu.

Beberapa titik yang dikunjungi Sudikerta antra lain Pasar Mambal, Pasar Sibang Gede, dan Pasar Tegal Dharmasaba. Sedangkan temu wirasa digelar di Puri Angantaka, Griya Enjung Angantaka, Puri Sibang Kaja, dan Griya IB Santika Tukad Bendul Kedampal.

Saat dikonfirmasi usai pertemuan di beberapa titik di Badung tersebut, Sudikerta ternyata memiliki perasaan yang sama. Politisi Golkar itu merasa kembali ke kampung halamannya sendiri, merasa kembali dekat dengan rakyat Badung. Menurut Sudikerta, warga Badung saat ini sudah cerdas. Di beberapa titik, warga masih antusias untuk mendukung Mantra-Kerta atau pasangan calon nomor 2.

“Saya mendengar bisikan, informasi, dan bahkan celotehan warga, bahwa krama Badung masih melihat hasil karya saya selama 10 tahun menjadi wakil bupati. Banyak hasil karya saya yang saya persembahkan buat Badung seperti Puspem Badung, Rumah Sakit Kapal, Terminal Mengwi, bahkan jalan tol yang sudah mampu mengurai kemacetan, itu merupakan hasil karya yang sudah dinikmati masyarakat saat ini. Masyarakat Badung tidak lupa dengan apa yang saya torehkan,” ujarnya.

Masyarakat Badung sudah mulai terbuka pemikirannya. Mereka sudah mulai sadar tentang politik dan demokras. Ini adalah kebanggaan tersendiri di hati Sudikerta yang sudah 10 tahun memimpin Badung dan meninggalkan Badung untuk menjadi Wakil Gubernur Bali.

“Ketika saya mengunjungi mereka (warga Badung), mereka masih menaruh harapan besar pada saya untuk melanjutkan pembangunan di Bali dalam 5 tahun ke depan. Mereka ingin keberhasilan di Badung bisa ditularkan ke seluruh Bali,” ujar Sudikerta.

Orang Badung, menurutnya, saat ini sudah paham, dan tidak mudah diintervensi dengan bantuan-bantuan yang diberikan berupa Bansos dan Hibah yang dijanjikan untuk memenangkan pasangan tertentu.

“Itu tidak benar. Bansos atau hibah itu uang rakyat, yang disumbangkan melalui pajak, retribusi, dikumpulkan oleh kepala daerah, oleh pemimpin, untuk dikelola untuk mewujudkan berbagai program pembangunan. Jadi tidak boleh dipakai sebagai alat untuk memenangkan pasangan tertentu,” ujarnya.

Ia meminta masyarakat Badung memilih pemimpin sesuai hati nuraninya, sesuai dengan keyakinannya. Kalau ada intervensi, kekerasan, intimidasi atas nama Bansos atau hibah, entah itu dilakukan oleh kepala daerah, pemimpin, atau tim sukses yang melakukan hal itu maka masyarakat harus menolaknya karena itu tidak dibenarkan.

“Maka kita tidak boleh membiarkan itu. Harus dilaporkan kepada aparat penegak hukum, dilaporkan kepada penyelenggara Pemilu, agar tertib administrasi, hukum, tegakkan aturan dan sebagainya. Ini bisa dipidanakan,” ujarnya.

Memilih pasangan tertentu atau tidak memilih pasangan tertentu, Bansos atau hibah tetap menjadi hak rakyat, hak masyarakat. Warga Badung diimbau tidak perlu takut hal tersebut.

Pewarta : Widana Daud

Editor  : Hana Sutiawati