Musliar Kasim 1

Jakarta (Metrobali.com)-

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim mengaku optimistis Kurikulum 2013 akan mudah dipahami oleh guru.

“Guru ‘kan cerdas, mempunyai kompetensi, tidak akan sulit untuk memahami itu,” kata Musliar usai Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-69 Kemerdekaan Republik Indonesia di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (15/8).

Musliar menilai Kurikulum 2013 secara substansi tidak jauh berbeda dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mulai diterapkan pada 2006.

“Kami sudah menyediakan pelatihan, mestinya tidak seperti yang diberitakan, kalau di berita kan satu tanggapan guru dianggap mewakili pendapat guru secara keseluruhan,” katanya.

Sebelumnya, dia juga mengimbau terutama guru dan siswa untuk tidak perlu takut dengan implementasi Kurikulum 2013.

Namun, dia mengakui masih ada sejumlah guru yang mengeluhkan Kurikulum 2013, tetapi dia mengklaim banyak dari mereka yang senang dan antusias terhadap kurikulum baru tersebut.

“Saya sudah berkunjung lebih dari 100 sekolah dan bertanya bagaimana kesannya, mereka bilang senang tidak perlu buat silabus, beban guru dalam mengajar berkurang,” katanya.

Pasalnya, lanjut dia, dalam kurikulum tersebut, Musliar mengatakan siswa dituntut lebih aktif dibandingkan dalam 10 kurikulum sebelumnya.

Menurut Pengamat Pendidikan LIPI Titik Handayani Pantjoro, Kurikulum 2013 bisa memberi kesempatan pada Indonesia untuk menaikkan kesejahteraan dengan peningkatan kualitas SDM menuju persiapan generasi emas.

“Jika prasyarat tersebut tidak dipenuhi, maka bonus demografi, yang memberi peluang ‘window opportunity’ tercapainya kesejahteraan pada periode tersebut akan berubah,” katanya.

Namun, dalam implementasinya, lanjut Titik, masih banyak kendala, seperti pendistribusian buku, dan kesiapan SDM.

Salah seorang guru di SMAN 1 Cikande, Serang-Banten Titisari Kusumajati mengaku kesulitan, terutama dalam penilaian pengetahuan, sikap dan keterampilan.

“Nilainya sekarang uraian atau deskripsi, belum tentu orang tua siswa mau membaca uraian dibandingkan angka, mereka seringnya hanya tanda tangan saja,” katanya. AN-MB