Sapta Nirwandar

Jakarta (Metrobali.com)-

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar menyebutkan bahwa sektor pariwisata memiliki kontribusi yang besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia, mencapai 10 juta lebih.

“Sektor ini (pariwisata) menyumbangkan sekurangnya 10,13 juta tenaga kerja, baik langsung maupun tidak langsung,” kata Sapta dalam seminar Refleksi Tiga Tahun Pelaksanaan MP3EI di Jakarta, Kamis (4/9).

Menurut dia, hal ini disebabkan karena pariwisata Indonesia merupakan sektor yang menjanjikan, karena pada dasarnya negara ini sudah memiliki modal pariwisata yang sangat besar dan lengkap yang kemudian seharusnya digunakan dengan baik oleh penduduk Indonesia.

“Banyaknya dan meningkatkan pengunjung atau turis yang berwisata di Indonesia tentu menjadi salah satu penyebab utama tingginya penyerapan tenaga kerja,” ujar Sapta.

Dia menyebutkan penyerapan tenaga kerja tidak hanya berasal dari sektor formal, namun juga banyak pekerja bermunculan dari sektor informal akibat majunya pariwisata di satu daerah.

“Mulai dari usaha warung, penjual cendera mata, sampai tukang foto. Secara tidak langsung pariwisata lah yang memberi nafkah kepada mereka,” kata dia.

Oleh sebab itu, guna mendukung pariwisata Indonesia agar semakin maju, Sapta menyebutkan bahwa penting sekali peranan sumber daya manusia ini agar semakin memberikan pelayanan yang berkualitas kepada para turis.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti juga menekankan pentingnya kualitas daripada sumber daya manusia di sektor pariwisata.

“Harus ramah dan murah senyum, tapi itu tidak cukup. Harus didukung dengan wawasan kebudayaan lokal yang baik, sehingga mampu mengenalkan sekaligus mempromosikan kultur budaya setempat,” ujar Windu.

Dia mengatakan bahwa pariwisata adalah produk yang tidak akan terjadj bila market tidak bertemu dengan pembeli. Sementara itu yang mengantarkan pembeli kepada market tidak lain adalah sumber daya manusia.

“Pariwisata tidak memerlukan SDM seperti profesor atau banyak guru besar, yang penting adalah keramah tamahan dan pemahaman SDM mengenai wawasan lokal di daerah setempat,” tutur Wiendu.

Wiendu berpendapat bahwa satu wisatawan asing bisa menciptakan setidaknya 12 tenaga kerja dari sektor patiwisata.

“Mulai dari tukang becak, ‘tour guide’ (pemandu wisata), pekerja di hotel, hingga penjaga museum, itu semua tercipta karena adanya wisatawan. Maka untuk mendukung itu kita butuh sdm yang berkualitas,” ucap Wiendu.

Sebagai contoh Wiendu menyebutkan bahwa kekayaan alam Indonesia, sejarah lokal, hanyalah modal yang tidak akan menjadi produk pariwisata bila sumber daya manusia tidak mampu membawakannya kepada para turis.

“Contoh saja tukang becak di Yogya diminta untuk mengantar ke restoran enak, tapi si turis malah dibawa ke restoran cepat saji. Padahal, seharusnya panganan asli Indonesia yang perlu diperkenalkan dan dicoba para turis,” ujar Wiendu.

Oleh sebab itu Wiendu menegaskan bahwa peran sumber daya manusia sangat vital dalam sektor pariwisata, apalagi jumlah tenaga kerja yang terserap dari sektor pariwisata lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja dari sektor lain. AN-MB