MetroBali

Selangkah Lebih Awal

Wall Street Berakhir Jatuh Tertekan Ketegangan Perdagangan AS-China

Ilustrasi: Suasana lantai Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat. (Reuters)

New York (Metrobali.com) –
Saham-saham di Wall Street berakhir melemah tajam pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah China mengumumkan langkah-langkah pembalasan terhadap tarif impor Amerika Serikat.

Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 623,34 poin atau 2,37 persen menjadi ditutup di 25.628,90 poin. Indeks S&P 500 merosot 75,84 poin atau 2,59 persen, menjadi berakhir di 2.847,11 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup turun 239,62 poin atau 3,00 persen menjadi 7.751,77 poin.

China akan mengenakan tarif tambahan pada impor barang-barang dari Amerika Serikat senilai sekitar 75 miliar dolar AS sebagai tanggapan atas kenaikan tarif Amerika yang baru diumumkan atas barang-barang China, Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara mengumumkan Jumat (23/8/2019).

Berdasarkan undang-undang dan disetujui oleh Dewan Negara, total 5.078 produk Amerika Serikat akan dikenakan tarif tambahan 10 persen atau lima persen.

Kenaikan tarif akan dilaksanakan dalam dua kelompok dan mulai berlaku masing-masing pada pukul 24.01 malam waktu Beijing pada 1 September dan pukul 24.01 malam waktu Beijing pada 15 Desember, komisi mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Pengenaan tarif tambahan China adalah tanggapan paksa terhadap unilateralisme dan proteksionisme perdagangan Amerika Serikat, kata komisi itu.

Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan pada 15 Agustus bahwa mereka akan mengenakan tarif tambahan 10 persen untuk barang-barang China senilai sekitar 300 miliar dolar AS, masing-masing berlaku pada 1 September dan 15 Desember, dalam dua kelompok.

Berita itu muncul pada saat pasar AS telah mengkhawatirkan kemungkinan resesi ekonomi yang disumbang oleh ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagang utamanya.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyampaikan pidato yang banyak diantisipasi pada Jumat (23/8/2019) di simposium ekonomi tahunan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming.

Bertentangan dengan apa yang diharapkan pasar, Powell tidak memberikan sinyal yang jelas tentang penurunan suku bunga lebih lanjut. Dia berjanji untuk “bertindak sewajarnya untuk mempertahankan ekspansi,” sebuah ungkapan yang telah dia gunakan beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir.

Sementara itu Powell mencatat bahwa ekonomi AS terus berkinerja baik secara keseluruhan, dia menunjukkan tiga faktor yang membebani prospek yang menguntungkan, yaitu perlambatan pertumbuhan global, ketidakpastian kebijakan perdagangan, dan inflasi yang diredam.

Dia mengatakan prospek pertumbuhan global telah memburuk sejak pertengahan tahun lalu. Ketidakpastian kebijakan perdagangan tampaknya memainkan peran dalam perlambatan global dan lemahnya manufaktur serta belanja modal di Amerika Serikat.

Powell berbicara panjang lebar tentang ketidakpastian kebijakan perdagangan. Dia mengatakan menyesuaikan ketidakpastian kebijakan perdagangan ke dalam kerangka kebijakan Fed adalah tantangan baru.

Dia mengatakan apa pun yang memengaruhi prospek lapangan kerja dan inflasi juga dapat mempengaruhi sikap kebijakan moneter yang tepat, dan itu bisa mencakup ketidakpastian tentang kebijakan perdagangan.

Brian Rose, ekonom senior Amerika di UBS Global Wealth Management, mengatakan pidatonya seimbang, yang mencerminkan berbagai pandangan anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).

“Pidato itu tidak mengandung kejutan besar dan reaksi pasar terbatas,” kata Rose.

Ekspektasi pasar untuk penurunan suku bunga lagi pada September berada di 100 persen, menurut alat FedWatch Chicago Mercantile Exchange Group. (Antara)