wakil-gubernur-bali-ketut-sudikerta-saat-mengahdiri-pujawali-ngusaba-di-pura-tuluk-biyu-batur-kintamani-bangli-sabtu

Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta saat mengahdiri  pujawali Ngusaba di Pura Tuluk Biyu, Batur, Kintamani, Bangli, Sabtu (15/10).

Bangli (Metrobali.com)-

Berlangsungnya upacara Pujawali Ngusaba Kapat di Pura Tuluk Biyu, Batur tak lepas dari  kebersamaan krama dalam menjalankan prosesi ritual. Rasa kekeluargaan dan gotong royong di antara krama harus dilestarikan. Demikian disampaikan Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta saat mengahdiri  pujawali Ngusaba di Pura Tuluk Biyu, Batur, Kintamani, Bangli, Sabtu (15/10). Menurutnya semangat menyama braya dan gotong royong sudah seharusnya menjadi bagian nafas dari masyarakat Hindu Bali, dan juga sekaligus cerminan dari filosofi Tri Hita Karana.

Namun dalam pelaksanaan upacara yadnya, orang nomor dua di Bali ini juga menghimbau agar selalu memperhatikan kemampuan warga, jangan sampai ada pemaksaan. “Jika masih banyak warga yang kurang mampu jangan dipaksa, laksanakan yadnya sebatas kemampuan, yang penting tulus ikhlas, karena itu tidak mengurangi esensi yadnya itu sendiri,” jelasnya. Lebih lanjut ada beberapa tingkatan dalam yadnya seperti Nista, Madya dan Utama, ,meskipun  tingkatan yang diambil adalah  Nista itu sudah mencapai tujuan utama pelaksanaan yadnya itu sendiri.

Di sisi lain, Ia menyatakan kehadirannya dalam upacara ini sebagai Manggala ning jagat Bali,  Karena upacara Yadnya akan lebih bermakna jika bisa disaksikan secara langsung oleh Guru Wisesa atau pejabat pemerintah baik legislatif maupun eksekutif.

Sementara itu Dane Jro Kajanan dan Dane Jro Kelodan yang merupakan Pemangku di sana menyampaikan bahwa Upacara Pengayaran di Pura Tuluk Biyu biasanya diikuti oleh seluruh Intansi Pemerintahan yang ada di Bali, yang bertujuan menghaturkan rasa syukur dan memohon keselamatn untuk pulau Bali ini.

Upacara piodalan yang sudah dimulai pada hari Sabtu yang bertepatan dengan hari Purnama Kapat yang merupakan puncak karya , dengan uleman yadnya berupa : pebangkit, kerbau, babi, bebek,dan tari – tarian berupa tari : Baris jojor, Baris Gede, tari Rejang dan  tari Pendet. Pura Tuluk Biyu dalam Setahun melaksanakan piodalan 4 ( empat ) kali yakni pada sasih kapat, kasa,kepitu, dan  sasih kedasa, yang disungsung oleh  800 Pengempon  desa setempat. Pemedek yang tangkil ke Pura Teluk Biyu tidak saja masyarakat Bali, ada juga dari luar Pulau Bali, karena Pura yang letaknya di sebelah Pura Ulun Danu Batur itu merupakan Pura Khayangan Jagat.

Sebelumnya, Wagub Sudikerta yang turut juga didampingi oleh Jajaran kepala SKPD Prov melaksanakan muspayang Karya Aci Kapat di Pura Penataran Agung Besakih bersama jajaran Pemprov Bali dan Wakil Bupati Karangasem serta menghadiri Karya Mamungkah, Ngenteg Linggih lan Padudusan Wraspati Kalpa bertempat di Pura Maspait Desa Pekraman Renon. AD-MB