????????????????????????????????????

Buleleng (Metrobali.com)-

Waduk Titab-Ularan merupakan waduk terbesar di Bali, terletak diperbatasan antara Desa Titab, Kecamatan Busungbiu, Buleleng dengan Desa Ularan, Kecamatan Seririt, Buleleng yang belum lama ini diresmikan oleh Megaweati Soekarno Putri didampingi Menteri Pekerjaan Umum saat ini menimbulkan keresahan warga masyarakat. Pasalnya waduk tersebut pada Sabtu (16/1) sekitar pukul 16.00 Wita terjadi ledakan sebanyak tiga kali, yang mengakibatkan munculnya semburan air dipenampungan waduk berukuran 3 X 3 meter dengan ketinggian airnya mencapai 30 meter. Begitu juga, penutup tampungan air yang terbuat dari beton hancur berkeping-keping, serta mengakibatkan keretakan pada senderan waduk tersebut.”Saat itu terjadi hujan lebat, lalu terdengar suara ledakan pada waduk sebanyak tiga kali secara berturut-turut” ungkap salah satu saksi mata yang saat itu berjualan dilokasi yakni Komang Mudita, Minggu (17/1) pagi.
Pernyataan yang hampir sama juga disampaikan oleh saksi mata lainnya yang merupakan warga setempat bernama Yoni. Menurut Yoni, pada saat ia melihat kejadian ledakan, tidak mengetahui secara jelas, apa yang menjadi penyebabnya,”Menurut dugaan saya, mungkin meledaknya penampungan air itu, lantaran kepenuhan disaluran pipa air. Karena saat itu dibuka secara  mendadak” ujarnya menduga.
Terkait ledakan yang terjadi pada penampungan air Waduk Titab-Ularan, hingga berita ini diturunkan, belum ada yang bias dikonfirmasi. Karena petugas di kantor pengawasan yang membidangi Waduk Titab-Ularan, sedang tidak ada dilokasi. Hanya saja terlihat, pintu masuk menuju Waduk Titab-Ularan ditutup dan dilarang seorang pun boleh masuk kedalam. Berbeda pada hari-hari sebelumnya. Bahkan sejumlah petugas tekhnis terlihat sibuk, untuk menyedot air tersebut dengan pompa, untuk bisa memasang penutup penampungan air dan sekaligus memperbaiki keretakan waduk.
Dari pantauan dan informasi yang diperoleh, diketahui  bahwa ledakan yang terjadi pada penampungan air di waduk Titab-Ularan itu, disebabkan oleh pipa jalur saluran air menuju ke kincir untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yang juga akan disalurkan ke subak ternyata yang dihulu waduk kepenuhan menampung saluran air.
Perlu diketahui disini, bahwa terdapat 2 pipa saluran air yang ada pada Waduk Titab-Ularan.  Dimana 1 pipa khusus untuk pembuangan saluran air, dan 1 pipanya lagi khusus untuk pembangkit listrik tenaga air. Selanjutnya lantaran tuntutan warga dan subak di hulu sungai, yang meminta agar air di waduk itu segera disalurkan untuk pengairan sawah, maka 1 pipa saluran ke kincir itu dibuka. Oleh karena diameter pipa saluran air menuju ke kincir itu kecil, ditambah tumpahan air begitu keras, dimana saat itu air sungai sedang deras. Maka pipa tersebut tidak sanggup menahan beban tumpahan air, terlebih lagi pipa itu baru pertama kali dibuka. Akibatnya, tumpahan air itu tertarik kembali ke penampungan karena kepenuhan, sehingga menimbulkan ledakan keras dan menghancurkan penutup penampungan air. Selanjutnya oleh karena penutup penampungan air hancur, maka air pun mengalir dengan deras ke aliran sungai yang di hulu waduk. Hal inilah, membuat warga menjadi resah. Terlebih lagi, senderan waduk itu mengalami keretakan, dan warga di hulu takut retaknya senderan itu akan berhimbas pada hancurnya senderan yang mengakibatkan meluapnya air waduk ke hulu, dan nantinya bias menenggelamkan sejumlah perumahan warga.”Kami merasa was-was, takut kalau nanti seperti Situ Gintung, dimana tiba-tiba saja waduknya jebol dan meneggelamkan sejumlah perumahan warga” ucap salah satu warga setempat.”Kami berharap, agar segera diperbaiki oleh pihak yang terkait, dalam hal ini pihak Bali Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida,” tandasnya. GS-MB