Jembrana (Metrobali.com)-

Lantaran akses jalan masih berupa tanah dan berbatu, Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan terpaksa naik “kuda besi” sepanjang 2 kilometer untuk menuju Pura Pagubugan di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya.

Kehadiran orang nomor dua di Bumi Makepung ini, yang juga didampingi sejumlah pimpinan SKPD di lingkup Pemkab Jembrana serangkaian upacara Pecaruan Wana Kertih di pura tersebut.

Demikian juga dengan pemendek lainnya. Mereka terpaksa berjalan kaki untuk menuju ke lokasi pura itu. Selain karena lokasi pura berada di tengah hutan lindung perbatasan dua kecamatan yakni Kecamatan Melaya dan Kecamatan Negara, kondisi jalan juga sangat berat, rusak dan berliku.

Keberadaan pelinggih pun tidak kalah unik. Pasalnya Pelinggih atau Padma Pura Pagubugan didirikan di atas batu besar dengan ketinggian kurang lebih 10 meter diatas “campuan” (pertemuan dua sungai yaitu Sungai Aya dan Sungai Pagubungan).

Wakil Bupati Jembrana dalam sambutannya mengatakan tujuan dari Pecaruan Wana Kertih ini adalah  untuk memohon keharmonisan alam. Juga merupakan bukti srada dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. “Dalam upacara itu sejatinya ada pesan pelestarian yang mesti ditindaklanjuti dengan aksi, sehingga kelestarian hutan tetap lestari” ujarnya, Jumat (20/9).

Pada kesempatan itu, Kelian Subak Manistutu, Gede Wayan Astawa yang juga selaku pangempon pura meminta agar dibuatkan akses jalan untuk menuju ke pura. Pasalnya hingga kini akses jalan belum ada. Kalaupun ada, hanya jalan sempit berupa tanah dan berbatu. “Kami memohon agar dibuatkan jalan, paling tidak jalan rabat beton, untuk memudahkan pemendek menuju ke pura” ujar Astawa.

Menanggapi usulan tersebut, Wabup Kembang akan berupaya mencarikan solusi. Menurutnya kemungkinan bisa diambilkan dari anggaran dinas pariwiata, sebab jika diambilkan dari anggaran desa tentu tidak bisa, karena lokasi pura berada di hutan. MT-MB