pilpres-2014

Palangka Raya (Metrobali.com)-

Pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia 9 Juli 2014, kini tinggal hitungan hari.

Dua pasangan calon Presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara pesta demokrasi rakyat lima tahunan juga sudah menyusun visi misi bagi kemajuan rakyat Indonesia.

Setiap pasangan calon sudah mempersiapkan diri dengan baik bersama komponen pendukung pemenangannya. Mulai dari merangkul media, sowan ke tokoh-tokoh berpengaruh, membangun organisasi “onderbouw” dan tim pemenangan baik di alam nyata maupun dunia maya. Masing-masing pasangan juga sudah menyusun visi, misi dan program kerja yang sangat apik, rapi dan lumayan panjang sebagai salah satu persyaratan pendaftaran.

Kita ketahui bersama, dalam konstelasi politik yang panjang dan negosiasi rumit akhirnya terpilih hanya dua pasangan yang maju sebagai Capres-Cawapres, yakni Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Pasangan Jokowi-JK diusung Partai PDI-Perjuangan, Nasdem, PKB dan Hanura dengan 39,97 persen suara nasional dan 207 kursi parlemen.

Pasangan Prabowo-Hatta diusung Partai Gerindra, PPP, PAN, PKS, PBB dan terakhir bergabung Partai Golkar pada “injury time” dengan total suara nasional 48,97 persen dan 292 kursi parlemen. Sementara Partai Demokrat lebih memilih berada di antara dua poros (menurut penulis itu pilihan yang sangat tepat di tengah keterpurukan Partai Demokrat pada Pileg lalu).

Sebagai bagian dari masyarakat yang modern, atau “civil society”, dan madani, penulis dan kiranya Anda yang membaca tulisan ini sepakat bahwa kita tidak ingin terjebak dalam fanatisme “bajuju hetang” (ngotot). Oleh karena itu untuk menghindari fanatisme Juhe, saran penulis marilah kita telaah visi, misi dan program kerja kedua pasangan Capres-Cawapres yang akan bertarung 9 Juli 2014.

Penulis juga menyarankan pilihlah pasangan dengan visi-misi yang menurut Anda paling tepat dan relevan dalam menyelesaikan segala permasalahan bangsa ini, walaupun visi-misi itu belum tentu disusun atau ditulis oleh mereka sendiri. Paling tidak, ada yang bisa kita ukur dan prediksi secara ilmiah akan dibawa kemana bangsa ini lima tahun ke depan.

Untuk menelaah secara mendalam tentu tidak mungkin cukup hanya diulas dalam tulisan ini. Oleh karena itu penulis hanya menelaah secara superfisial saja dan terbuka ruang untuk diperdebatkan dengan menggunakan dua indikator, yaitu yang pertama berdasarkan kriteria standar visi, misi dan program kerja yang baik, dan kedua relevansinya untuk Kalimantan Tengah.

Program kerja Sebuah visi dan misi dikatakan baik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) “specific” (khusus); (2) “simple” (sederhana); (3) “time-bound” (terikat waktu) (4) “achieveable” (mungkin dicapai) dan (5) “measurable” (terukur). Apabila indikator ini tidak terpenuhi bisa dipastikan bahwa visi, misi dan program kerja tersebut belum bisa dikatakan baik alias buruk.

Oleh karena itu patut dipertanyakan seberapa serius Capres-Cawapres dalam menyusun visi misinya (tidak peduli isinya bagaimana, yang penting memenuhi prasyarat administratif mendaftar capres di KPU).

Pada aspek “specific”: Visi Capres-Cawapres memang memiliki spesifikasi yang hampir setara namun jika ditelah lebih mendalam Prabowo-Hatta lebih unggul.

Perhatikan visi kedua pasangan berikut ini. Jokowi-JK: “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong”. Prabowo- Hatta: “Membangun Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur serta bermartabat”. (visi, misi dan program kerja masing-masing capres bisa diunduh dari situs www.kpu.go.id) .

“Simple”. Dilihat dari kesederhanaan. Pasangan Prabowo-Hatta lebih unggul. Visi-misi dan program kerja Jokowi-JK secara umum memang bagus, namun terkesan ribet dan kurang mengenal medan. Berbeda dengan pasangan Prabowo-Hatta yang terlihat mengenal dengan sangat baik permasalahan mendasar bangsa ini dan tahu solusinya.

“Time-bound”. Capres-Cawapres pasangan Prabowo-Hatta kembali unggul kali ini. Pasangan Jokowi-JK setiap program yang ditawarkan tidak punya batasan waktu yang jelas. Berbeda dengan pasangan Prabowo-Hatta, hampir setiap program yang ditawarkan terikat waktu dan dapat dievaluasi dengan baik.

“Achieveable”. Dalam hal ini pasangan Prabowo-Hatta lebih unggul dibandingkan pasangan Jokowi-JK. Setiap program yang ditawarkan pasangan Jokowi-JK tidak realisitis dan cenderung normatif. Berbeda dengan Pasangan Prabowo-Hatta yang realistis dan spesifik menyentuh permasalahan mendasar yang dihadapi bangsa ini.

“Measurable”. Kriteria yang terakhir ini pun lagi-lagi pasangan Prabowo-Hatta unggul. Visi, misi dan program kerja yang ditawarkan pasangan Jokowi-JK tidak memiliki alat ukur yang jelas sehingga sulit untuk dievaluasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kriteria visi, misi dan program kerja yang baik maka pasangan Prabowo- Hatta unggul secara kualitas.

Visi misi baik Dilihat dari kedua visi misi dan program kerja yang ditawarkan oleh masing-masing Capres tidak ada satupun yang secara khusus membicarakan Provinsi Kalimantan Tengah meskipun provinsi ini masuk dalam wacana calon ibu kota pemerintahan Indonesia masa depan seperti juga pernah disebutkan Presiden pertama Ir Soekarno setengah abad silam.

Hal ini bisa dimaklumi karena provinsi ini tidak mempunyai posisi tawar yang baik dalam percaturan politik nasional. Pun demikian apabila dicermati secara tersirat maka visi, misi dan program kerja dari pasangan Capres-Cawapres Jokowi-JK lebih baik. Pasangan ini berkomitmen memperkuat politik desentralisasi dan otonomi daerah dengan meletakkan dasar-dasar bagi dimulainya desentralisasi asimetris (lihat visi-misi Jokowi-JK hal. 19).

Seperti pernah disebutkan Ir Soekarno, Provinsi Kalimantan Tengah akan menjadi ibu kota negera Indonesia, sudah pasti berbeda dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Oleh karena itu provinsi ini tidak bisa digeneralisir sama dengan yang lain.

Pola desentralisasi dalam UU 32/2004 saat ini mengakibatkan ruang gerak Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah menjadi terbatas. Ruang gerak yang terbatas berdampak pada rendahnya kreativitas dan kemampuan pemerintah.

Prof. M. Mas’ud Said, Ph.D: “Inti desentralisasi asimentris adalah terbukanya ruang gerak impelementasi dan kreativitas provinsi dalam pelaksanaan pemerintahan di luar ketentuan umum dan khusus”.

Jokowi-JK berkomitmen melindungi dan memajukan hak-hak masyarakat adat (lihat visi-misi Jokowi-JK hal 21). Salah satu permasalahan krusial yang dihadapi masyarakat Kalimantan Tengah ialah perlakuan dan pengakuan terhadap entitas adat dan istiadat orang Dayak.

Hampir setiap hari kita membaca, melihat dan mendengar berita di media lokal dan nasional di mana hak-hak adat dikebiri untuk melindungi kepentingan pemilik modal. Komitmen Jokowi-JK ini paling tidak bisa menjadi angin segar bagi masyarakat adat di Kalimantan Tengah maupun di seluruh Indonesia.

Jokowi-JK berkomitmen membangun tata ruang dan lingkungan yang berkelanjutan (lihat visi-misi Jokowi-JK hal 36). Masalah tata ruang yang merupakan salah satu penghambat laju investasi, tidak hanya di Kalimantan Tengah sejatinya mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Tidak hanya itu RTRWP yang tidak sinkron antara produk hukum daerah maupun nasional memunculkan potensi perselisihan dikemudian hari. Dengan komitmen pasangan Jokowi-JK memunculkan secercah harapan hal ini akan bisa diselesaikan.

Berdasarkan apa yang dipaparkan oleh penulis, maka dapat disimpulkan visi misi dan program kerja pasangan Jokowi-JK lebih relevan untuk masyarakat Kalimantan Tengah. Hanya saja seperti yang penulis paparkan pada awal tadi bahwa visi, misi dan program kerja Jokowi-JK tidak memenuhi kriteria standar sehingga sulit diukur dan dievaluasi.

Penulis yakin, Anda semua sudah punya pilihan dengan berbagai pertimbangan yang beragam. Pesan penulis marilah kita galakkan demokrasi yang cerdas dan hindari fanatisme Juhe. Siapapun presiden yang terpilih kelak sesungguhnya itu adalah kemenangan dan kemajuan seluruh rakyat Indonesia.

Akhir kata, marilah kita renungi wisdom dari Kenneth Blancard, seorang pakar motivasi berkebangsaan Amerika Serikat berikut ini “The key to successful leadership today is influence, not authority”.

** Penulis adalah dosen pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. AN-MB