Caracas (Metrobali.com) –

Seorang demonstran pro-pemerintah dan seorang mahasiswa Selaa tewas saat protes-protes pro- dan anti-pemerintah di Venezuela berbalik menjadi kekerasan, kata jaksa.

“Kami memiliki dua korban tewas, serang anggota kelompok (pro-pemerintah) Juan Montoya, ditembak mati, dan mahasiswa Bassil DaCosta, juga ditembak mati,” selain 23 terluka, kata Luisa Ortega Diaz dari kantor kejaksaan.

Sehari sebelumnya, sekitar 600 orang turun ke jalan-jalan di ibu kota Venezuela untuk memprotes kekurangan kertas yang telah menyebabkan penutupan sementara puluhan surat kabar.

“Tidak ada kertas, tidak ada pekerjaan!” teriak para demonstran, termasuk pekerja surat kabar dan politisi oposisi, saat mereka berjalan menuju National Foreign Trade Center, Cencoex , di Caracas .

Para demonstran menuntut pemerintah menyediakan dolar untuk mengimpor kertas untuk surat kabar dalam upaya untuk mengamankan kelangsungan hidup mereka.

Kontrol ketat mata uang yang diberlakukan pada tahun 2003 telah menyebabkan kekurangan dolar untuk pembelian internasional.

Baru-baru ini, pemerintah membuat semakin sulit untuk mendapatkan kertas dan perlengkapan lainnya karena perlengkapan itu tidak diproduksi secara lokal dengan mengharuskan mereka untuk mendapatkan izin khusus.

Akibatnya, terutama untuk surat kabar regional kecil, terpaksa terbit dengan jumlah halaman yang lebih sedikit, pengurangan jadwal penerbitan, atau bahkan sama sekali tidak terbit.

“700 pekerjaan dipertaruhkan,” menurut sebuah tulisan yang terdapat di sebuah spanduk yang dibawa oleh seorang karyawan dari El Nacional, sebuah surat kabar yang kritis terhadap pemerintah dan baru-baru ini harus mengurangi jumlah halamannya.

“Ini adalah cara mudah untuk membatasi kebebasan berbicara dan sekarang kami membela hak kami untuk bekerja,” kata seorang wartawan di Ultimas Noticias Sharay Angulo, surat kabar dengan sirkulasi terbesar di negara itu.

Pada bulan Oktober, Asosiasi Press Inter-Amerika menuduh pemerintah Venezuela sengaja menyulitkan surat kabar di negara itu secara keuangan dengan membatasi akses mereka terhadap impor perlengkapan yang diperlukan untuk publikasi . (Ant/AFP)