Laporan Tahunan USCIRF 2019.

 

Organisasi pengawas independen Komisi Kebebasan Beragama Internasional AS hari Senin menyebut 16 negara sebagai “negara-negara yang mengkhawatirkan” karena terlibat dalam “pelanggaran yang sistematis, terus menerus, dan sangat berat” terhadap kebebasan beragama. Komisi itu menyebut China sebagai pelanggar terburuk, menahan antara 800 ribu dan 2 juta Muslim Uighur dewasa di kamp-kamp konsentrasi dan memindahkan sebagian dari anak-anak mereka ke panti-panti asuhan, semata-mata karena identitas keagamaan mereka.

Komisi Kebebasan Beragama Internasional AS, yang memberikan nasihat kepada Presiden Donald Trump, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Kongres, dalam survei tahunannya mengemukakan 16 negara yang disebut mengkhawatirkan karena melakukan pelanggaran sistematis, terus menerus dan sangat berat terhadap kebebasan beragama.

Negara-negara yang disebut sebagai pelanggar kebebasan beragama terburuk itu adalah Myanmar, Republik Afrika Tengah, China, Eritrea, Iran, Nigeria, Korea Utara, Pakistan, Rusia, Arab Saudi, Sudan, Suriah, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan dan Vietnam.

Dalam hal pelanggaran hak-hak beragama, Komisioner Gary Bauer mengatakan China adalah pelanggar terburuk, terutama dengan penahanan dan penganiayaan Muslim Uighur.

Bauer mengemukakan, “Tetapi China juga menentang umat Buddhis Tibet, menentang Falun Gong, menentang gereja-gereja yang tidak diakui dan kini bahkan menentang gereja yang berizin. Dan ada satu tema untuk semua ini. Yaitu setiap kali pemerintah China melihat salah seorang warganegaranya mungkin merasakan loyalitas terhadap sesuatu selain terhadap pemerintah komunis China, mereka merasa terancam oleh itu dan mereka akan berusaha sedapat mungkin untuk menghentikannya.”

Bauer mengatakan Amerika Serikat tahu para pejabat China mana yang bertanggungjawab atas pelanggaran berat kebebasan beragama, dan organisasinya perlu menyebutkan nama mereka dan menekan para pemimpin China agar segera membebaskan warga Uighur dan Muslim lainnya.

Komisi itu menyatakan kondisi kebebasan beragama juga memburuk di Nigeria pada tahun 2018, karena pemerintah pada tingkat nasional dan negara bagian membiarkan kekerasan dan diskriminasi.

Komisi pemantau kebebasan beragama internasional, USCIRF, dalam konferensi pers laporan tahunan 2019 di Washington, D.C. (Foto: dok).
Komisi pemantau kebebasan beragama internasional, USCIRF, dalam konferensi pers laporan tahunan 2019 di Washington, D.C. (Foto: dok).

Komisioner Anurima Bhargava mengemukakan, “Saya pikir Nigeria berada dalam daftar itu karena sejumlah alasan yang berbeda-beda, termasuk cara-cara di mana Nigeria membiarkan semacam pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku nonnegara.”

Beberapa komisioner menunjukkan bahwa semakin banyak rumah ibadah di seluruh dunia yang menjadi sasaran serangan maut teroris.

Anggota DPR Amerika dari fraksi Demokrat Jim McGovern sependapat dengan itu dan mengatakan, “Kita menyaksikan tragedi mengerikan yang terjadi baru-baru ini di California dan serangan lain terhadap sebuah sinagoga. Kita melihat serangan-serangan terhadap Muslim, populasi Muslim di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Kita telah melihat gereja-gereja Kristen menjadi fokus serangan di Amerika Serikat. Jadi ketika kita membicarakan tentang kebebasan beragama, ini bukan hanya yang terjadi di separuh belahan dunia lainnya, tetapi hanya separuh blok dari sini.”

McGovern dan para anggota Kongres dari fraksi Republik menyatakan melindungi tempat-tempat ibadah dan kebebasan beragama di seluruh dunia merupakan salah satu isu yang disepakati oleh rakyat Amerika dari semua spektrum politik. [uh]

Sumber : Antaranews