Jakarta, (Metrobali.com)-

Perwakilan Polda Sulawesi Barat (Sulbar) Kombes Helmi mengatakan upaya pemulihan kehidupan dan aktivitas ekonomi masyarakat pascagempa di Majene dan Mamuju terkendala oleh kabar miring tentang kemungkinan terjadinya tsunami setelah gempa.

“Dengan adanya kejadian (gempa) yang berturut-turut, muncul analisa-analisa di televisi, yang berkembang menjadi hoaks, menyebabkan masyarakat Mamuju dan Majene banyak terpengaruh dengan info tersebut. Ini kemudian yang memperlambat pemulihan normalisasi kehidupan masyarakat Sulbar,” kata Kombes Helmi dalam konferensi pers virtual BNPB langsung dari Mamuju, Sulbar, Senin.

Ia mengatakan dengan banyaknya berita-berita yang menyebutkan kemungkinan adanya tsunami, masyarakat di Mamuju dan Majene merasa khawatir untuk kembali ke rumah mereka masing-masing, sehingga banyak di antara mereka masih mengungsi di sejumlah posko pengungsian.

“Dari pengungsi-pengungsi yang ada itu kebanyakan mereka bukan karena kondisi rumahnya rusak berat, tapi karena dibayangi kekhawatiran adanya tsunami, ada gempa dengan kekuatan lebih yang akan menimbulkan tsunami,” katanya.

“Sehingga seharusnya tidak sebanyak ini (pengungsinya). Sebetulnya yang memang bisa mengungsi adalah orang-orang yang rumahnya hancur total, rusak berat atau sedang. Yang rusak ringan atau mungkin masih utuh sebetulnya mereka tidak perlu menjadi pengungsi,” kata dia lebih lanjut.

Sementara itu, untuk mencoba menghidupkan aktivitas ekonomi masyarakat, Polda Sulbar mencoba meyakinkan para pengusaha retail untuk bisa kembali memulai operasionalnya, dan saat ini telah ada dua minimarket yang dibuka di wilayah tersebut.

“Jadi siang sampai sore ini dua sudah beroperasi dengan baik. Dan tentunya di tahap awal kami lakukan penjagaan, penempatan personel kepolisian sebanyak 8 orang di masing-masing tempat,” katanya.

Selain itu, mereka juga membantu mendistribusikan logistik dan bantuan yang masuk ke posko gabungan di wilayah Majene dan Mamuju kepada warga yang membutuhkan. (Antara)