Mangupura (Metrobali.com)-

            Angin puting beliung dengan kecepatan 49 knot atau sekitar 88 km/jam yang telah merubuhkan beberapa bangunan di Pura Lingga Bhuwana Puspem Badung. Pada Senin (19/3) kemarin, dilaksanakan Upacara Guru Piduka lan Bendu Piduka dipuput oleh para pemangku Pura Lingga Bhuwana. Hadir pada kesempatan tersebut Bupati Badung A.A Gde Agung, Wakil Bupati Badung I Ketut Sudikerta, Sekda Badung Kompyang R. Swandika, Ketua Umum PHDI Badung Ida Pedanda Gede Ngurah Putra Keniten dari Griya Kediri Sangeh serta pimpinan SKPD di lingkungan Pemkab Badung.

Bupati Gde Agung pada kesempatan ini menyampaikan, bencana yang terjadi pada sabtu (17/3) lalu, menyebabkan beberapa  kawasan-kawasan di Badung tertimpa angin puting beliung sehingga beberapa tempat seperti pura dan perumahan di Kabupaten Badung rusak cukup parah. Di Pura Lingga Bhuwana Puspem Badung sendiri tiga bangunan pokok pura yaitu bale paselang, pawedaan ida peranda dan bale pesandekan mengalami kerusakan.

Berkenaan dengan kejadian tersebut saat ini Pemkab Badung sedang melaksanakan upacara bersifat niskala. Setelah upacara ini akan dilanjutkan pembangunan kembali dari tiga bangunan yang rusak dan beberapa bangunan kecil-kecil ini. Bangunan yang akan dibangun direncanakan berbeda dengan bangunan sebelumnya, dimana bahan atapnya sekarang sepenuhnya dibuat mempergunakan ijuk akan diganti mempergunakan bahan lain, mungkin dari genteng alumunium dengan sedikit ijuk dibawahnya sehingga style balinya masih dipertahankan.

Hal ini dilakukan karena ijuk dirasa sangat berat apalagi pada saat hujan, sehingga tiang penyangga tidak mampu menahannya ketika terjadi angin kencang. Mengenai pembiayaan pembangunan, mengingat bangunan ini diansuransikan tentu pembangunan nantinya akan di klaim ke pihak asuransi,” mudah-mudahan semua bisa tertanggung dengan baik sehingga bangunan bisa terbangun dengan amat baik,” harap Gde Agung.

Sementara itu Ketua Harian PHDI Badung I Nyoman Sukada mengungkapkan pelaksanaan karya guru piduka lan bendu piduka mempergunakan caru ayam klau kledungan sebagai lambang pelebur segala kadurmangalan (kaletehan/kekotoran) sekaligus sebagai permohonan maaf jika ada kekeliruan dan kesalahan yang telah dilakukan didalam melaksanakan tugas kewajiban dan agar terhindar dari kekuatan negatif serta selalu mendapat tuntunan dari Ida Sang Hyang Widi.

“Terkait dengan rangkaian karya, diawali dengan karya “Pangesengan” yaitu mengambil unsur dari bangunan yang terkena musibah sebagai lambang pemrelina dan ngantukan beliau untuk berstana pada “daksina pelinggih”. Daksina tetap nyejer hingga bangunan baru selesai diprayascita memakuh dan melaspas, baru kemudian beliau dilinggihkan kembali, ujarnya. MB1