Nairobi (Metrobali.com) –

Sebanyak 14.800 orang Sudan Selatan telah mengungsi ke kamp di Kenya akibat pertempuran di negara termuda di dunia tersebut, tapi kedatangan pengungsi setiap hari telah berkurang, kata lembaga pengunsi PBB pada Kamis (6/2).

Satu laporan singkat dari Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) menyatakan sebanyak 242 pengungsi baru diterima dari penyeberangan perbatasan Nadapal pada Rabu.

“Ini adalah penurunan besar dari jumlah kemarin (Selasa 4/2), yaitu sebanyak 470 orang. Tidak jelas apa penyebab naik-turunnya kedatangan pengungsi harian,” kata badan pengungsi PBB tersebut.

Pertempuran berkecamuk ketika ketegangan bergolak sehubungan dengan pertikaian politik antara pasukan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan mereka yang mendukung mantan wakil presiden Riek Machar pada pertengahan Desember.

Ribuan orang diduga telah tewas dan sebanyak 900.000 orang telah terusir dari rumah mereka sejak pertempuran pada 15 Desember 2013, kata PBB, sebagaimana dilaporkan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi. Konflik tersebut telah membuat sebanyak 123.000 orang lagi mengungsi ke berbagai negara tetangga Sudan Selatan.

Kedua pihak menandatangani kesepakatan gencatan senjata yang diperantarai oleh kelompok regional Lembaga Pembangunan Antar-Pemerintah (IGAD) di Ibu Kota Ethiopia, Addis Ababa, pada Januari.

Babak berikutnya pembicaraan perdamaian dijadwalkan dilanjutkan di Addis Ababa pada 10 Februari dab blok regional, IGAD, telah mengirim undangan kepada semua pihak yang bertikai termasuk kepada tahanan politik yang telah dibebaskan untuk menghadiri pembicaraan tersebut.

Menurut UNHCR, pemantauan seksama kedatangan pengungsi setiap hari telah berlangsung sejak arus pengungsi mulai mengalir. “Ini membuat jumlah seluruh pencari suaka yang diterima jadi 14.809,” kata UNHCR di dalam laporan itu.

Badan pengungsi PBB tersebut menyatakan seluruh penghuni Kamp Pengungsi Kakuma saat ini berjumlah 142.250, di tengah rencana untuk membuka kamp baru guna menangani peningkatan pengungsi.

“Keperluan untuk mendirikan kamp lain menjadi makin terelakkan, sebab kami dengan cepat mendekati kapasitas 25.000 penghuni di kamp baru di Kakuma 4 dan kapasitas seluruh penghuni, sebanyak 150.000,” kata UNHCR.

Kenya dan UNHCR telah mendirikan pusat penerimaan pengungsi di sepanjang perbatasan Kenya-Sudan Selatan untuk mendaftar pengungsi yang menyelamatkan diri dari pertempuran yang berkecamuk antara pemerintah dan gerilyawan di negara terbaru di dunia tersebut.

Akibat pertempuan belum lama ini di Sudan Selatan, telah terjadi peningkatan orang yang meninggalkan negara mereka dalam dua pekan belakangan di Kamp Pengungsi Kakuma.

Krisis itu telah memaksa banyak warga sipil meninggalkan negara mereka dan mencari perlindungan di negara tetangga seperti Kenya, Uganda, Sudan dan Ethiopia.

Menurut PBB, sebanyak 80 persen dari seluruh penghuni kamp pengungsi Sudan Selatan di Kakuma adalah pemuda, 13 persen terdiri atas perempuan dan orang yang berusia lanjut, sementara tujuh persen adalah pria tua. (Ant/Xinhua-OANA)