Foto: Undiknas Denpasar menggelar Seminar Nasional & Call For Papers Kewirausahaan#2 bertajuk “Kewirausahaan 4.0: Peluang dan Strategi Pengembangan untuk Menciptakan Praktik Sustainable Business” di Auditorium Dwitunggal Undiknas, Selasa (23/4/2019).

Denpasar (Metrobali.com)-

Undiknas (Universitas Pendidikan Nasional) Denpasar menggelar acara Seminar Nasional & Call For Papers Kewirausahaan#2 bertajuk “Kewirausahaan 4.0: Peluang dan Strategi Pengembangan untuk Menciptakan Praktik Sustainable Business” di Auditorium Dwitunggal Undiknas, Selasa (23/4/2019).

Khusus untuk seminar yang kedua ini,
diselenggarakan bersama tiga kampus yakni Undiknas, Universitas Islam Batik (Unisba) Surakarta, dan Universitas Kristen Indonesia (UKI) Paulus Makasar sebagai salah satu bentuk implementasi MoU antar universitas.

Acara ini menghadirkan pembicara Rektor Universitas Islam Batik Surakarta Dr. Pramono Hadi, S.P.,M.Si., dengan materi Agriculture Startup: Inovasi Menuju Kedaulatan Pangan Indonesia.

Dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) Paulus Makassar yakni Dr. Sita Yubelina Sabandar, S.E., M.M., Ak., dengan materi Financial Technology: UKM Menjawab Peluang dan Tantangan Revolusi Industri 4.0.

Terakhir, Rektor Undiknas Dr. Nyoman Sri Subawa, M.M., dengan materi Pemahaman Transformasi Customer Behavior dalam Era Revolusi Industri 4.0. Seminar nasional dipandu moderator Dekan FEB Undiknas Luh Putu Mahyuni, Ph.D.

Selain tiga kampus ini sejumlah perguruan tinggi yang hadir dalam seminar nasional dan call for papers ini seperti Universitas Mahasaraswati Denpasar, STIE Satya Dharma Singaraja, Universitas Mahendradatta dan kampus lainnya di Bali.

Seminar Nasional dan Call for Papers Kewirausahaan #2 ini menjadi wadah bertemunya akademisi, peneliti, dan praktisi seluruh Indonesia untuk mendiskusikan peluang dan strategi pengembangan UKM untuk menciptakan praktik sustainable business (bisnis yang  berkelanjutan) pada era digital dan revolusi industri 4.0.

Acara ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang nyata terhadap strategi pengembangan kewirausahaan 4.0 untuk menciptakan praktik sustainable business baik pada tingkat nasional maupun di tingkat daerah.

Perguruan Tinggi Harus Adaptif dengan Revolusi Industri 4.0

Disebutkan kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan sosial media membuka peluang yang lebih luas bagi UKM untuk memperluas pangsa pasarnya hingga ke manca negara. Akan tetapi, pada saat bersamaan muncul berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk dapat bertahan dan unggul dalam persaingan di era digital dan revolusi industri 4.0.

Beberapa tantangan itu antara lain inovasi produk/jasa yang masih perlu ditingkatkan terus. Lalu kontinuitas supply produk/jasa yang harus terjaga, jaminan kualitas produk/jasa yang masih perlu ditingkatkan dan sebagainya.

“Industri 4.0 sudah jadi aspek kekinian. Jadi kita perlu bahas secara keilmuan dari berbagai disiplin ilmu. Industri 4.0 ini kelihatan sederhana tapi sungguhnya complicated,” kata Rektor Undiknas Dr. Nyoman Sri Subawa, M.M., lantas berharap berbagai hasil penelitian terkait industri 4.0 digunakan jadi proses pembelajaran dan pengabdian masyarakat civitas akademika.

Menurutnya banyak perubahan signifikan yang terjadi dalam revolusi industri 4.0. Misalnya banyak perusahaan umurnya pendek. Belum lagi posisi  manusia dalam industri 4.0 juga akan makin sedikit.

Implikasinya, tenaga kerja harus siap berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Kebutuhan akan tenaga kerja makin berkurang. Beberapa profesi diprediksi berkurang bahkan lenyap tapi memunculkan pekerjaan baru. Seperti game programmer, social media konsultan, YouTubers, dan lainnya.

“Agar kita adaptif dengan berbagai perubahan ini, kami ajak civitas akademika harus beradaptasi dengan perubahan revolusi industri 4.0. Tingkatkan skill terkait penguasaan teknologi,” kata Sri Subawa.

Startup Pertanian Kian Bergeliat

Rektor Universitas Islam Batik Surakarta Dr. Pramono Hadi, S.P.,M.Si., dalam pemaparan materi “Agriculture Startup: Inovasi Menuju Kedaulatan Pangan Indonesia”menyebutkan revolusi industri 4.0 juga sudah terjadi di ranah pertanian dan pangan.

Hal ini ditandai dengan banyaknya muncul startup (kewirausahaan) di sektor pertanian. Sayangnya agriculture startup ini belum sepenuhnya mampu memenangkan persaingan global. Misalnya dari 100 aplikasi yang ditawarkan di Google Playstore, hanya 10 persen yang sukses dan diterima netizen.

Beberapa penyebabnya yakni fitur pada aplikasi kurang lengkap dan perusahaan yang konvensional. Daya dukung pemerintahan dalam pendampingan juga dirasakan kurang baik untuk regulasi, fasilitas dan perlindungan.

Data pada aplikasi kurang update sehingga aplikasi kurang optimal. Di sisi lain daya dukung perguruan tinggi sangat penting untuk peningkatan daya tawar bisnis berbasis IoT.

UKM Go Digital dan Melek Fintech

Dr. Sita Yubelina Sabandar, S.E., M.M., Ak.,Universitas Kristen Indonesia (UKI) Paulus Makassar yakni dalam pemaparan materi Financial Technology: UKM Menjawab Peluang dan Tantangan Revolusi Industri 4.0 mengajak para UKM agar dapat menangkap peluang dan menjawab tantangan yang ada.

Menurutnya UKM  harus bergabung dalam sebuah komunitas dalam industri yang sama agar terjadi sharing experience (berbagai pengalaman) dan terjadi evaluasi bisnis. Lalu UKM harus Go Digital.

“Yang penting pula pelaku UKM harus berani memupuk modal dari berbagai sumber dana khususnya memanfaatkan fintech,” kata Dr. Sita Yubelina Sabandar.

UKM juga harus memanfaatkan pengakuan dan kepedulian Pemerintah, menjalin hubungan ke instansi terkait lewat program pengembangan UKM, seminar, pelatihan, dan pameran untuk memperkenalkan produk UKM. “UKM jangan hanya Product Oriented tetapi harus Market Oriented, meningkatkan Customer Value,” tandasnya. (wid)