memasang penjor

Singaraja, Bali (Metrobali.com)-

Umat Hindu di Provinsi Bali mulai memasang “penjor” atau sebatang bambu yang ujungnya melengkung dihias rangkaian janur sehari menjelang Hari Raya Galungan pada Rabu (15/7).

Ketua Parum Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Buleleng, Bali, Dewa Nyoman Suardana di Singaraja, Selasa, menjelaskan bahwa penjor melambangkan kemakmuran yang dipersembahkan kepada Bhatara Mahadewa di Gunung Agung.

“Penjor merupakan persembahan umat Hindu kepada Bharata Mahadewa yang berstana di Gunung Agung karena gunung diyakini sebagai stana Yang Maha Kuasa yang memberi kemakmuran kepada umatnya,” ucapnya.

Untuk itu, pada penjor tersebut dihaturkan sejumlah hasil bumi di antaranya buah-buahan, padi, jajan, kelapa dan dihias dengan rangkaian janur atau daun kelapa.

“Penjor dipasang di depan rumah atau kediaman dan tempat suci,” ucap guru agama Hindu di SMAN 3 Singaraja, Kabupaten Buleleng itu.

Menurut dia, penjor merupakan salah satu ciri yang tidak bisa dilepaskan dari rangkaian Hari Raya Galungan, hari kemenangan dharma melawan adharma.

“Maka saat Hari Raya Galungan itu dilakukan persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara termasuk leluhur agar di dalam perjuangan menuju Dharma itu dianugerakan iman kuat sehingga dapat menundukkan sifat adharma (keburukan) khususnya pada diri sendiri,” ucapnya.

Hari Raya Galungan merupakan hari besar umat Hindu yang jatuh setiap 210 hari atau enam bulan sekali berdasarkan pawukon atau wuku yakni Wuku Dungulan.

Sehari sebelum hari kemenangan Dharma itu juga digelar ritual “penampahan Galungan” yang dinilai merupakan hari untuk mengalahkan sifat-sifat Bhuta atau keburukan dan kemalasan.

“Biasanya pada penampahan itu umat menyembelih babi sebagai hewan kurban maknanya mengendalikan sifat kemalasan pada diri manusia,” katanya. AN-MB