Suasana jumpa pers serangkaian kegiatan Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) di Kubu Kopi, Denpasar, Selasa (15/10)

Denpasar,  (Metrobali.com)-

Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) adalah festival sastra yang bertahan paling lama di Indonesia. Tahun 2019 menandai tahun ke-16 peyelengaraannya. Festival yang diprakarsai oleh Yayasan Mudra Swari Saraswati ini bahkan telah diakui sebagai salah satu dari lima festival sastra terbaik dunia untuk 2019 versi The Telegraph UK. Mengangkat tema Karma, UWRF 2019 menghadirkan lebih dari 180 pembicara dari 30 negara dan lebih dari 170 program mulai dari panel diskusi, lokakarya, acara spesial, pemutaran film, peluncuran buku, pameran seni, dan masih banyak lagi.

Dalam menyambut penyelenggaraan UWRF 2019, tim Festival mengadakan Press Call atau jumpa pers yang salah satunya digelar pada Selasa, (15/10/2019) di Kubu Kopi, Jl. Hayam Wuruk, Denpasar Timur. Jumpa pers UWRF19 di Denpasar ini menghadirkan beberapa pembicara seperti Ketua Yayasan Mudra Swari Saraswati Ketut Suardana, penulis buku anak dan remaja sekaligus Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Denpasar Debby Lukito Goeyardi, serta penulis asal Bangli sekaligus anggota Bangli Sastra Komala IGA Darma Putra. Dalam jumpa pers tersebut, turut hadir National Program Manager UWRF I Wayan Juniarta sebagai moderator dan General Manager UWRF Kadek Purnami.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, UWRF selalu memberikan ruang bagi para penulis lokal untuk terlibat dalam setiap programnya. Selain Debby Lukito Goeyardi dan IGA Darma Putra, UWRF akan menghadirkan beberapa penulis, seniman, cendekiawan, dan pegiat asal Bali maupun penulis Indonesia yang berdomisili di Bali. Yang akan ikut mengisi Main Program atau panel diskusi UWRF sebagai pembicara maupun moderator antara lain Agung Suryawan Wiranatha, I Ketut Sandika, I Made Iwan Darmawan, Putu Supartika, I Wayan Rai, I Wayan Juniarta, Kadek Sonia Piscayanti, Ketut Yuliarsa, Made Taro, Marlowe Bandem, Marmar Herayukti, Nirarta Samadhi, Prabu Darmayasa, Putu Fajar Arcana, Rio Helmi, Rudi Waisnawa, Saras Dewi, dan Valiant Budi.

Di samping Main Program atau panel diskusi, beberapa nama di atas juga mengisi program lainnya. Marmar Herayukti akan mengisi salah satu sesi Children & Youth Program, sama halnya dengan Super Funky Artists dan Susiawan yang berdomisili di Bali. Sementara itu, beberapa musisi seperti Celtic Room, The Hydrant, dan Rizal & The Rasendriya akan menyemarakkan pertunjukan musik di Live Music & Arts dan Special Events. Saras Dewi pun akan ikut mengisi salah satu sesi Live Music & Arts yaitu PechaKucha yang dijadwalkan di Betelnut, Ubud. I Wayan Juniarta dan Valiant Budi akan hadir dalam Satellite Events yang diselenggarakan di kota-kota lain di Indonesia. Warih Wisatsana dan Putu Fajar Arcana pun kembali menjadi bagian dari tim kurator untuk kompetisi Penulis Emerging Indonesia 2019 yang digelar UWRF untuk menemukan bintang-bintang sastra baru dari penjuru nusantara.

Sama halnya dengan ruang bagi penulis lokal, UWRF juga tidak ketinggalan menghadirkan beberapa panel yang berkaitan dengan Bali misalnya Bali’s Art Activist bersama para pegiat seni Bali, How Can Bali Survive? yang membahas langkah-langkah untuk bertahan dari perubahan sosial, budaya, dan ekologis yang masif di Bali, serta Bali’s Poet Priests yang merefleksikan pengaruh dan peninggalan para kawi-wiku (penyair-pendeta), terutama dalam penggunaan sastra sebagai media untuk mengasah pikiran dan menenangkan jiwa. Selain itu, UWRF juga khusus menghadirkan sesi percakapan mendalam bersama pendongeng legendaris asal Bali yang telah berkarya selama hampir empat dekade, Made Taro, dalam Made Taro: A Lifetime of Storytelling yang dijadwalkan pada Minggu (27/10/2019).

Program kategori lain yang berkaitan dengan Bali, yang tidak kalah menarik misalnya lokakarya budaya Basa Bali Breakfast hingga The Language of Offering. Pengunjung Festival berkesempatan untuk mempelajari bahasa Bali dasar hingga membuat canang sari. Children & Youth Program bersama Marmar Herayukti yaitu Eco-Friendly Ogoh-Ogoh, memungkinkan peserta panel mempelajari dasar anyaman bambu dengan menggunakan kertas daur ulang untuk membuat ogoh-ogoh yang ramah lingkungan. Ada pula pameran seni yang berkaitan dengan Bali seperti X Visit Bali Year X #3 yang digelar di Littletalks Ubud, Celebrating the Ubud Scool of Painting: Diversity of Visual Language di Ubud Diary, Sagilik Saguluk Art Fair di Workshop, Karma Phala di Casa Luna, dan Stories from Mt. Agung di Festival Hub @ Taman Baca.

Untuk nama pembicara dan deretan program UWRF selengkapnya, pengunjung Festival dapat mengakases www.ubudwritersfestival.com.

Editor : Hana Sutiawati