Denpasar ( Metrobali.com)-

Bahaya minyak Jelantah atau minyak goreng yang digunakan berulang kali untuk menggoreng bahan makanan belum banyak disadari masyarakat. Minyak ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena senyawa-senyawa penyusun minyak dapat mengalami perubahan fisika dan perubahan kimia. Untuk melindungi masyarakat Denpasar dari bahaya tersebut Pemerintah Kota Denpasar dengan menggandeng sebuah Lembaga Non Pemerintah (NGO)  dari Swiss yakni Caritas Switzerland akan mengolah minyak jelantah yang dihasilkan oleh hotel dan restoran di Denpasar menjadi Biodiesel. Hal ini terungkap ketika perwakilan Caritas Switzerland Indonesia Mr. Thorsten Reckerzugl menemui Walikota Denpasar IB. Rai Dharmawijaya Mantra, Selasa (25/9) di Kantor Walikota Denpasar.

Walikota Denpasar IB. Rai Mantra yang didampingi Sekda Kota Denpasar AAN. Rai Iswara, Kepala Badan Lingkungan Hidup AA Bagus  Sudharsana Kabag Kerjasama Dewa Made Ariawan dan Kasubag Pemberitaan Humas Dewa Gede Rai, mengatakan minyak Jelantah ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Saat ini masih banyak masyarakat terutama para pedagang kali lima yang memanfaatkan minyak jelantah bekas hotel untuk menggoreng makanan atau gorengan, jika hal ini tidak segera ditangani akan dapat merugikan kesehatan masyarakat yang lebih luas.

“Disamping untuk kepentingan kesehatan masyarakat kerjasama ini adalah juga dalam rangka  penyelematan lingkungan hidup yang lebih luas, karena hasil dari pengolahan minyak jelantah ini akan dijadikan biodesel yang ramah lingkungan,” kata Rai Mantra. Kerjasama ini telah dilakukan penandatanganan MOU  antara Pemerintah Kota Denpasar dengan Caritas Switzerland tentang Pengelohan Limbah Minyak Goreng Bekas (Jelantah) Dari Sektor Pariwisata dan Sektor Lainnya Menjadi Biodiesel.

Mr. Mr. Thorsten Reckerzugl  mengaku prihatin dengan masih banyaknya masyarakat terutama pedagang kaki lima yang menggunakan minyak jelantah menggoreng bahan makanan. “Kami berharap dengan adanya kerjasama ini masyarakat Denpasar dapat terlindungi dari bahaya pemakaian minyak jelantah. “Sudah saatnya masyarakat meninggalkan pemakaian minyak jelantah untuk menggoreng bahan makanan,” katanya.

Sementara Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar AA. Bagus Sudarsana menambahkan daur ulang minyak jelantah ini akan dikumpulkan dari semua hotel dan restoran di Denpasar, Setelah beroperasi nantinya minimal dalam sehari 1 M3 minyak jelantah diproses menjadi biodesel. Mesin pendaur ulang minyak jelantah, saat ini sedang dalam proses perjalanan ke Indonesia dari Negara Perancis, dan diharapkan pada bulan Oktober mendatang dapat beroperasi. Minyak jelantah ini dapat difungsikan untuk membuat bahan bakar biodisel melalui reaksi transesterifikasi, bahkan berdasarkan penelitian yang dilakukan beberapa pihak,  biodisel minyak jelantah lebih ramah lingkungan dibanding solar. DEWA-MB