Denpasar (Metrobali.com) – Turis asing yang datang langsung dari negerinya melakukan perjalanan wisata ke Bali selama Januari-Juni 2011 sebanyak 1.271.470 orang, 58 persen di antaranya asal Asia Pasifik.

Transportasi udara yang lancar dari kawasan itu merupakan salah satu faktor tingginya masyarakat Pasifik yang datang berlibur ke Pulau Dewata, kata pengamat pariwisata Bali, Tjokorda Gde Agung di Denpasar, Kamis.

Hal itu dapat disaksikan bahwa sepuluh negara pemasok terbanyak turis asing ke Bali, tujuh negara di antaranya dari kawasan Pasifik yakni Australia, China, Jepang, Malaysia, Taiwan, Korea Selatan dan Singapura.

Sedangkan tiga negara lainnya adalah Inggris, Prancis (Eropa) dan Amerika Serikat. masyarakat internasional asal kawasan Eropa lainnya sangat potensial hanya saja masih ada kendala dalam sarana angkutannya.

Tjok Agung mengatakan, untuk meningkatkan jumlah kunjungan turis asing ke Bali lebih banyak lagi, para komponen pariwisata dan pemerintah perlu lebih kerja keras dalam melakukan promosi dan meningkatkan kualitas pelayanan.

Masalah keamanan di daerah ini, perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh agar bisa mengurangi sekecil mungkin, terjadinya kasus kriminal, perkelaian antarwarga masyarakat dengan melibatkan adat dan demontrasi anarkis.

Semua itu tentu akan menganggu keamanan dan kenyamanan semua pihak, baik masyarakat sendiri dalam beraktivitas maupun turis dalam dan luar negeri yang berlibur di daerah ini dan merasa terganggu sehingga angkat kaki dari Bali.

Ia yang juga praktisi pariwisata, menyambut baik adanya keinginan sejumlah kabupaten di Bali mengembangkan pariwisata Spiritual, seperti Kabupaten Karangasem dan Gianyar dengan lokasi desa senimannya yakni Desa Ubud.

Wisata Spiritual tersebut perlu dijelaskan, apakah kegiatan itu mengajak turis yang datang berlibur ke daerah ini dengan meninjau Pura (tempat ibadah umat Hindu), atau mendatangi goa seperti para Yogi tempo dulu.

Hal itu penting dijelaskan kepada publik agar masyarakat sendiri menyadari hal itu, supaya turis luar negeri setelah tertarik mengikuti wisata spiritual mendapatkan suasana yang aman dan nyaman sesuai yang diangan-angankan.

Jangan sebaliknya, turis saat menuju lokasi wisata, di tengah perjalanan ternyata menjumpai adanya peristiwa bentrok antarwarga yang melibatkan desa adat, kondisi itu masih ada di Bali, demikian Agung.