Denpasar (Metrobali)-

Keberadaan kelompok gelandang dan pengemis (gepeng) di sejumlah objek wisata di Bali, khususnya yang ada di kawasan Kabupaten Badung sempat dikeluhkan kalangan wisatawan mancanegara (wisman). Ini dikarenakan keberadaan para gepeng itu mengganggu kenyamanan turis asing saat menikmati liburannya di Bali.
“Kami meminta para pejabat instansi terkait segera menertibkan keberadaan gepeng ini, karena dapat merusak citra pariwisata di Bali,” tegas Wakil Ketua Asita Bali I Ketut Ardana, Jumat (20/4/2012), di Kuta, Bali.
Ia mengaku banyak menerima keluhan dari kalangan turis asing terkait dengan keberadaan gepeng ini. Para wisman, menurutnya, juga merasa heran dengan masih maraknya aksi gepeng ini di tengah megah dan mewahnya bangunan serta pesatnya perkembangan pariwisata di Bali. “Banyak wisman yang heran karena masih banyak gepeng berkeliaran di tengah kondisi pariwisata Bali yang berkembang pesat seperti sekarang ini,” tuturnya saat berdialog dengan Bupati Badung AA Gede Agung dan kalangan stakeholder pariwisata di Bali.
Dalam praktiknya, papar Ardana, tidak sedikit para gepeng ini yang mengeksploitasi anak-anak. Tujuannya agar orang merasa iba dan akhirnya memberikan uang. Ardana menilai pemanfaatan anak-anak ini sudah bisa dikategorikan tindakan kriminal dan dapat dijerat hukuman.
Ardana menduga masalah gepeng ini bukan semata masalah sosial, tapi juga sudah kriminal. Ini karena disinyalir ada sindikat yang mengorganisir gepeng ini sebagai lahan mencari nafkah. “Kami menduga ada pihak yang mengorganisir gepeng ini sebagai lahan mencari nafkah,” tuturnya.
Untuk itu Ardana mengusulkan agar petugas instansi terkait dapat membongkar sindikat itu dan memberikan sanksi hukuman berat. “Petugas harus melakukan pemantauan lebih serius dapat menangkap sindikatnya,” tandasnya. GT-MB