DSC_4728

Denpasar, (Metrobali.com) –

Tuntutan untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi salah satu topik hangat pada pelaksanana Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (BP3AS) yang digelar di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Renon Denpasar, Minggu (25/1). Aspirasi seputar dunia pendidikan antara lain disampaikan oleh Komang Wiyasa. Mendapat kesempatan bicara di PB3AS, dia menyoroti  belum maksimalnya pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Padahal, kata dia, pendidikan pada masa ini menjadi tonggak penting bagi perkembangan anak di usia selanjutnya. Untuk itu, Wiyasa mendorong Pemprov Bali mewajibkan setiap desa membentuk PAUD, guna memudahkan anak – anak usia dini mendapatkan akses pendidikan yang mereka butuhkan. Selain itu, dia juga menyoroti pentingnya peningkatan kualifikasi tenaga pendidik.

Aspirasi Komang Wiyasa langsung mendapat tanggapan dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Bali. Komang Mertadana yang merupakan perwakilan dari Disdikpora menyampaikan bahwa Pemprov Bali telah memaksimalkan upaya peningkatan mutu pendidikan agar sesuai dengan harapan masyarakat. Selain itu, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan juga terus dilakukan. Hanya saya, Mertadana mengungkap bahwa hingga saat ini dunia pendidikan di Pulau Dewata masih dihadapkan pada sejumlah tantangan dan persoalan. Tantangan tersebut antara lain masih cukup tingginya angka putus sekolah dan kurangnya akses pendidikan pada sejumlah kawasan terpencil seperti Bangli dan Buleleng.

Terkait akses pendidikan,  Pemprov Bali berupaya mengatasinya dengan program sekolah satu atap yang lokasinya dekat dengan daerah – daerah terpencil tersebut. Melalui program ini, diharapkan tak ada lagi siswa yang harus berjalan kaki hingga puluhan kilo meter untuk mencapai sekolahnya. “Pola ini kita harapkan dapat menekan angka putus sekolah,” ujarnya. Masih dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, Pemprov Bali juga mengembangkan sekolah terbuka dan sistem asrama. Sementara mengenai pendidikan bagi anak usia dini, Bali telah mengembangkan PAUD berbasis banjar yang telah berjalan cukup efektif.

Selain pendidikan, persoalan  kebersihan juga menjadi sorotan pada PB3AS minggu ini. Komang Arnayasa dari Forum Relawan Nasional (FORNA) menyayangkan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Sementara Ramidi, peserta PB3AS dari Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) menyampaikan pendapat tentang pentingnya pemanfaatan hasil pangan lokal untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan.

Selain menjadi media bagi masyarakat luas untuk menyampaikan berbagai aspirasi, podium ini juga dimanfaatkan jajaran birokrasi untuk memberi pemahaman kepada masyarakat.  Nyoman Indrayani, seorang Kepala Bidang di Badan Penanaman Modal dan Perijinan Provinsi Bali menyampaikan bahwa  pelayanan IMB tidak bisa dilakukan di institusinya. Menurut Indrayani, kewenangan untuk mengeluarkan IMB ada di pemerintah kabupaten/kota. Pelaksanaan PB3AS kali ini juga dihibur penampilan kelompok musik Saka Pat yang diketuai De Ari. AD-MB