Trump dan Hillary capres terkuat, tapi belum pasti

Bakal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat Hillary Clinton. (REUTERS/Brian Sander)
Columbia, Amerika Serikat (Metrobali.com)-

Donald Trump diperkirakan memenangi konvensi calon presiden dari Partai Republik, sedangkan dari kubu Demokrat Hillary Clinton dihadapkan pada harapan sama, namun belum ada yang pasti.

Para pemilih Republik akan menentukan pilihan di South Carolina, sedangkan Demokrat di Nevada.

South Carolina akan menjadi ujiang penting bagi Trump, demikian pula Nevada untuk Clinton yang berduel melawan Bernie Sanders.

Hasil pemungutan suara ini diperkirakan baru bisa diperoleh Sabtu waktu setempat atau Minggu pagi WIB.

Di South Carolina, jajak pendapat prapemungutan suara menunjukkan Trump memimpin di atas lima pesaingnya dari kubu Republik.

“Kami kira dia berhasil dengan apa pun yang dia sentuh,” kata Lynn Derrick, wakil presiden regional Oracle Corporation, mengenai peluang menang Trump.

Trump diperkirakan akan menang pada “Selasa Super” 1 Maret nanti ketika belasan negara bagian serempak memilih calon presiden kubu Republik untuk Pemilu 8 November tahun ini.

Di Iowa 1 Februari silam, Trump diungguli oleh Senator Ted Cruz, namun berbalik menang di New Hampshire seminggu kemudian. Selanjutnya, mata Trump akan fokus kepada 15 Maret di mana calon presiden kubu Republik ditentukan.

Saat ini Trump memimpin dengan 28 persen, disusul Cruz 23 persen, Senator Marco Rubio 15 persen dan mantan gubernur Florida Jeb Bush 13 persen.

Di Nevada, Clinton dan Sanders akan kembali bertarung. Keduanya berusaha memikat warga Afro-Amerika, Hispanik dan keturunan Asia yang seluruhnya mengambil porsi separuh dari jumlah penduduk AS.

Clinton yang menang di Iowa namun dikalahkan Sanders di New Hampshire tengah menanti dukungan warga Hispanik, terutama di Las Vegas.

Clinton mendaulat bahwa dia adalah sekutu alamiah warga Latin dalam soal imigrasi dan jika terpilih berjanji untuk mempercepat kewarganegaraan mereka yang masuk ke AS secara ilegal.  Dia berulang kali menyerang Sanders karena pada 2007 mendukung reformasi imigrasi, demikian AFP. Sumber : Antara