Jembrana (Metrobali.com)-

Kasus sikut antar pendukung caleg PDI-P  di Banjar Yehmekecir, Desa Dangintukadaya, Kecamatan Jembrana, sangat disayangkan oleh sejumlah tokoh PDI-P di Jembrana. Pasalnya kasus pemukulan tersebut semakin memanas dan membias kemana-mana.

 Adalah Ketut Sandyasa, tokoh PDI-P di era awal 2000-an. Ia mengaku kecewa dengan persaingan tidak sehat itu menjelang Pilcaleg tahun 2014. Pasalnya kasus sikut terhadap Made Edi Suryadi alias Dek Edi (34) oleh I Ketut Suwali Berata (43), menyebabkan Dek Edi merasa tidak nyaman tinggal di rumahnya sendiri, sehingga harus mengungsi ke Denpasar menemui keluarganya. “Kata Dek Di, katanya ia diteror dan akan dikucilkan” ujar Sandyasa menirukan ucapan Dek Di, Rabu (8/1).

 Sandyasa yang paman Dek Di itu, merasa heran dan aneh. Keponakannya yang kena sikut dan menjadi korban malah mendapat ancaman. “Malah katanya akan dikucilkan jika ia tidak mau berdamai dengan Suwali. Apa ini tidak aneh” ujarnya.

 Menurutnya dibawanya kasus tersebut ke polisi, untuk diproses. Pelaku dan para pendukungnya seharusnya menghormati proses hukum itu, bukan malam melakukan intimidasi dan pengancaman. “Jangan dicampur adukkan masalah pemukulan (sikut) dengan masalah adat, apalagi ada ancaman akan dikucilkan. Kalau dikucilkan, Balinya sama dengan kesepakang, itu masalah adat, jangan dicapur adukkan” tandas Sandyasa.

 Untuk diketahui, kasus sikut itu bermula dari Dek Di membawa bantuan 6 krat teh botol dari caleg yang didukungnya. Rencananya teh botol itu untuk iparnya yang sedang ada upacara.

 Melihat Dek Di membawa bantuan dari caleg lain, Ketut Suwali yang pendukung caleg Ketua DPRD Jembrana, Ketut Sugiasa merasa tersinggung. Kemudian terjadi perang mulut dan berakhir dengan kasus aksi sikut, sehingga Dek Edi mengalamui luka pada bibir kiri bawah.

 Merasa diperlakukan tidak adil, Dek Edi lalu melaporkan kasus tersebut ke Polres Jembrana. setelah itu dilakukan mediasi, namun gagal, karena Dek Di ingin kasus itu lanjut. MT-MB