Keterangan foto: BKOW Provinsi Bali bersama IKIP PGRI Bali menggelar seminar “Literasi Pembentukan Karakter Anak Melalui Dongeng” di kampus IKIP PGRI Denpasar, Jumat (29/3/2019)/MB

Denpasar (Metrobali.com) –

Aktivitas mendongeng yang dilakukan orang tua kepada anaknya diyakini selain mampu mendekatkan hubungan emosional antara orang tua dan anak tapi juga  menjadi sarana yang efektif untuk membentuk karakter sang buah hati.

Namun hanya sedikit orang tua yang menceritakan dongeng kepada anaknya. Ketika aktivitas ini dilakukan pun, kebanyakan orang tua kurang totalitas dalam mendongeng.

Hal ini disampaikan Ketua BKOW (Badan Kerjasama Organisasi Wanita) Provinsi Bali, Dr. AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda S.H. M.M. M.H., ditemui di sela-sela seminar “Literasi Pembentukan Karakter Anak Melalui Dongeng” yang digelar BKOW di kampus IKIP PGRI Denpasar, Jumat (29/3/2019).

Menurut Tini Gorda aktivitas mendongeng ini juga sebaiknya sudah dilakukan sejak bayi masih dalam kandungan sehingga hubungan batin yang terjalin juga lebih kuat antara ibu dan calon buah hatinya.

“Dongeng alat untuk menjalin hubungan batin, chemistry ini harus dibangun sejak dini,” ungkap Tini Gorda yang juga Ketua Umum Forum Komunikasi Wilayah Partisipasi Publik Untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Forkomwil- Puspa) Provinsi Bali ini.

Sayangnya saat ini budaya mendongeng mulai ditinggalkan. Walau ada orang tua yang mendongeng, kata Tini Gorda, sayangnya tidak totalitas tidak seluruh panca indra tertuju pada anak. Ini karena orang tua juga masih asyik dengan gadgetnya.

“Konsentrasi orang tua masih terganggu oleh aktivitas kesehariannya maupun oleh gadget. Gadget  ini dominasi orang tua dan anak,” kata Ketua Perdiknas Denpasar dua periode ini.

Jadi dalam aktivitas mendongeng, imbuhnya, penekanannya adalah pada pendongeng dalam hal ini orang tua. Orang tua yang dibereskan dulu, bukan anak. Maka orang tua harus paham dulu bagaimana mendongeng yang baik dan benar.

“Apa nilai moralnya. Bagaimana buat imajinasi agar membentuk karakter dan anak paham pada pesan moral dongeng. Bagaimana juga cara orang tua buat pendekatan agar anak fokus pada dongeng,” beber Tini Gorda.

Tekankan Makna dan Pesan Moral

Selain perlunya totalitas pendongeng, cara mendongeng masa lalu harus dielaborasi dengan pendekatan kekinian. Mendongeng ini juga harus lebih menekankan pada makna, pesan-pesan moral dan pembentukan karakter yang ingin ditanamkan.

“Jadi bukan hanya fokus isi dongengnya tapi cara mendongeng. Fokus untuk anak. Hilangkan gadget, aktivitas. Kalau tidak fokus, pendongeng atau orang tua tidak tahu apakah anak mendengarkan atau tidak,” ungkap Tini Gorda yang juga Ketua DPD IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Provinsi Bali.

Seminar “Literasi Pembentukan Karakter Anak Melalui Dongeng” yang digelar serangkaian HUT ke-56 BKOW Bali ini dipandu moderator yang sekaligus sebagai Ketua Panitia HUT ke-56 BKOW Bali Ni Wayan Parwati Asih SPd MPd CH.

Hadir sebagai narasumber yakni guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Prof Dr. I Nyoman Darma Putra M.Litt. Lalu Kasi Pembelajaran Subdit Kurikulum Direktorat Pembinaan Paud, Dirjen Paud dan Dikmas Kemendikbud RI, Dra.,Mareta Wahyuni M.Pd., dan Rektor IKIP PGRI Bali, Dr. I Made Suarta S.H.,M.Hum.

“Dongeng salah satu cara bentuk karakter anak dengan aroma keindonesiaan. Ini agar rasa keindonesiaan melekat pada diri kita. Seminar ini kami buat untuk sikapi dongeng dulu dan dongeng sekarang serta bagaimana membudayakannya di kalangan orang tua,” tutup Tini Gorda.

Pewarta: Widana Daud
Editor: Hana Sutiawati