img-20161216-wa0023Kuta (Metrobali.com)-

Upacara “Nangluk Merana” yang digelar di Kuta, Jumat (16/12), dihadiri oleh ratusan warga adat Kuta. Acara yang digelar setiap tahun ini tak pelak menarik perhatian sejumlah wisatawan baik asing maupun lokal.

Tampak puluhan warga adat Kuta mengalami kerauhan atau kesurupan saat prosesi upacara di gelar, Upacara yang di gelar di penghujung akhir tahun ini tepat di hari Kajeng Kliwon Uwudan tanggalan Bali.

Tujuan dari upacara ini sebagai bentuk pembersihan alam semesta baik secara “Sekala dan Niskala” (maya dan gaib)  selama satu tahun, serta sebagai wujud rasa terimakasih kepada sang pencipta atas kemakmuran dan kwdamaian alam Kuta.

Puluhan warga yang kesurupan menari dan bahkan menghujamkan keris ke tubuhnya saat prosesi di gelar di setiap pertigaan atau perempatan jalan. Bahkan juga ada yang meminta bara api buat dimakan. Suasana makin terasa magis begitu puluhan wanita yang masih belia juga ikut kesurupan.

Lebih dari enam titik lokasi prosesi upacara ini digelar hingga jalur masuk menuju objek vital wisata pantai Kuta terpaksa diberlakukan buka tutup selama 5 jam, sejak pukul 09.00 wita.

Salah satu tokoh adat Kuta, Dewa Gede Mayun mengatakan, ritual Nangluk Merana adalah upacara permohonan keselamatan kepada Tuhan, bertujuan menetralisasi alam semesta dari hal negatif. Seperti bencana alam dan serangan wabah penyakit.

“Ini acara rutin setiap akhir tahun di setiap hari suci kajeng kliwon. Kita gelar ritual upacara di setiap perempatan Agung atau pertigaan. Pada acara ini sudah pasti para penjaga alam di Kuta turun masuk ke raga manusia (sadek) untuk membuktikan bahwa beliau itu ada, dan menjaga Kuta dari segala kekotoran,” kata Mayun di Kuta, Badung, Bali, Jumat (16/12/2016).

Seluruh barong dan pratima diiringi warga yang ada di Kuta usai upacara Nangluk Merana itu kemudian berkumpul di Pura Dalem Kayangan Desa Kuta untuk mengikuti prosesi puncak upacara hingga tengah malam hari.SIA-MB